Sukses

Top 3: Kehebatan Kapal Perang Buatan RI

Indonesia mampu mengekspor kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV) BRP Tarlac (LD – 601) yang merupakan pesanan Filipina.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia patut berbangga. Sebab negara ini telah mampu membuat kapal perang. Salah satu buktinya yaitu ekspor perdana kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV) BRP Tarlac (LD – 601) yang merupakan pesanan Kementerian Pertahanan Nasional Filipina.

Kapal senilai US$ 90 juta atau setara dengan Rp 1 triliun ini merupakan pengembangan kapal pengangkut Landing Platform Dock (LPD). Kapal tersebut berukuran panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter serta memiliki kecepatan 16 knot dengan ketahanan berlayar selama 30 hari di laut lepas.

Artikel ini pun menuai perhatian pembaca Liputan6.com di kanal bisnis. Berikut 3 berita paling dicari, Senin (9/5/2016):

1. Ini Kehebatan Kapal Perang Buatan RI

Industri perkapalan nasional semakin diakui kemampuannya membangun berbagai jenis kapal untuk kebutuhan militer, baik untuk pertahanan dalam negeri maupun diekspor ke negara lain. Salah satu buktinya yaitu ekspor perdana kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV) BRP Tarlac (LD – 601) yang merupakan pesanan Kementerian Pertahanan Nasional Filipina.

Direktur Utama PT PAL Indonesia, Firmansyah‎ mengatakan, kapal senilai US$ 90 juta atau setara dengan Rp 1 triliun ini merupakan pengembangan kapal pengangkut Landing Platform Dock (LPD). Kapal tersebut berukuran panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter serta memiliki kecepatan 16 knot dengan ketahanan berlayar selama 30 hari di laut lepas.

"Kapal ini memiliki kemampuan membawa dua helikopter, dan mengangkut kapal landing craft utility (LCU) serta sejumlah tank perang hingga truk militer," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (9/5/2016). Simak berita selengkapnya di sini!

2. Ini Penyebab RI Doyan Impor Bawang Putih

Indonesia pernah meraih swasembada bawang putih hingga periode 1998. Namun kini kondisi tersebut tak berlanjut. Republik ini sangat bergantung pada produk bawang putih dari negara lain, terutama China guna memenuhi tingginya permintaan di dalam negeri.

Kepala Sub Bidang Sayuran Daun Direktorat Hortikultura Kementerian Pertanian, Gabriella Susilowati mengatakan, Indonesia pernah berjaya dengan realisasi produksi bawang putih yang sangat besar. Jumlahnya dapat mencukupi 80 persen kebutuhan nasional hingga periode 1998.

"Sampai dengan 1998, kita bisa memenuhi hampir 80 persen kebutuhan bawang putih nasional. Kita dulu jaya sekali untuk hasil pertanian bawang putih. Tapi sekarang kita impor bawang putih sudah 97 persen," ucap Susilowati saat berbincang dengan Liputan6.com,Jakarta, Senin (9/5/2016). Simak berita selengkapnya di sini!

3. Zimbabwe Kehabisan Uang Tunai

Bank Zimbabwe kehabisan uang tunai sehingga memaksa pemerintah mulai mencetak mata uang versi sendiri dari dolar Amerika Serikat (AS).

Negara Afrika bagian selatan ini telah menggunakan mata uang negara asing yang berbeda, dan paling penting digunakan berdenominasi dolar AS. Hal itu lantaran sejak mata uang Zimbabwe jatuh pada 2009 selama masa hiperinflasi.

Pasokan dolar AS dalam jangka pendek telah berlangsung selama berbulan-bulan. Sisi lain penarikan uang tunai terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir.

Harga komoditas global yang merosot dan kekeringan terjadi memukul ekspor negara itu. Kejadian itu membuat Zimbabwe sedikit mendapatkan dolar di luar negeri. Simak berita selengkapnya di sini!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.