Sukses

RI Bisa Produksi Kurma, Kenapa Masih Impor?

Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa tanaman kurma dapat tumbuh di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa tanaman kurma dapat tumbuh di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibat kurang ekonomis, Indonesia selalu mengandalkan pasokan kurma dari negara lain alias impor setiap bulannya, dan naik menjelang puasa dan Lebaran.

Kepala Sub Bidang Sayuran Daun Direktorat Hortikultura Kementan, Gabriella Susilowati mengungkapkan, potret alam NTT yang kering dan tandus dapat ditanami kurma, buah manis yang tumbuh subur di kawasan Timur Tengah.

"Kurma seperti tanaman kelapa bisa ditanam di dataran kering. Dan di NTT bisa ditanam, tumbuh kok dan ada hasil panennya," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Selasa (17/5/2016).

Menurut Susilowati, Indonesia memproduksi kurma dalam jumlah sangat sedikit. Dia memperkirakan hanya satu persen dari total kebutuhan nasional. Jumlah itu tentunya tidak cukup untuk memenuhi tingginya permintaan kurma di dalam negeri, terutama setiap puasa dan Lebaran.

"Ada kok statistik produksinya tapi tidak cukup untuk penuhi kebutuhan dalam negeri, apalagi selama Lebaran. Paling cuma satu persen dari kebutuhan nasional," katanya.

Dia menjelaskan, segala jenis tanaman dapat tumbuh di wilayah Indonesia. Tapi harus dengan memodifikasi iklim sesuai karakteristik tanaman. Sayangnya, Susilowati bilang, sangat tidak ekonomis bagi petani lokal mengembangkan kurma.

"Sebenarnya bisa ditanam. Tapi kita tidak ekonomi kalau mengembangkan kurma. Karena kalau kita memodifikasi cuaca terlalu besar, apa akan sebanding dengan hasilnya?. Jadi tidak ekonomis," paparnya.

Oleh sebab itu, diakui Susilowati, Indonesia sangat mengandalkan pasokan kurma dari negara lain. "Kita memang kebanyakan impor kurma," Susilowati menuturkan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperoleh Liputan6.com, total nilai impor kurma Indonesia dari sejumlah negara mengalami kenaikan hampir dua kali lipat di periode Januari-Maret 2016.

Realisasinya mencapai US$ 13,18 juta seberat 9,99 juta kilogram (kg). Sedangkan pencapaian di periode yang sama tahun lalu, total nilai impor kurma US$ 7,34 juta seberat 6,45 juta kg.

Khusus di Maret 2016, impor kurma Negara ini sebesar US$ 6,25 juta atau naik dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,69 juta. Sedangkan US$ 2,24 juta di periode Januari 2016.

Berikut 10 Negara yang memasok atau mengimpor kurma ke Indonesia sepanjang Januari-Maret 2016 :

1. Uni Emirat Arab senilai US$ 4,18 juta
2. China senilai US$ 1.910
3. Algeria senilai US$ 39,60 ribu
4. Mesir senilai US$ Rp 3,16 juta
5. Irak tercatat nol
6. Iran senilai US$ 1,82 juta
7. Palestina senilai US$ 281,22 ribu
8. Arab Saudi senilai US$ 71,05 ribu
9. Tunisia senilai US$ 2,95 juta
10. Amerika Serikat (AS) senilai US$ Rp 677,87 ribu

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.