Sukses

Arab Saudi Beri Sinyal Tahan Produksi, Harga Minyak Menguat

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik 9 sen, atau 0,2 persen ke angka US$ 49,01 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali menguat setelah delegasi dari negara eksportir minyak terbesar di dunia memberikan harapan bahwa mereka akan menahan produksi. Sebelumnya harga minyak tertekan karena pelaku pasar pesimistis pertemuan negara-negara produsen minyak di dunia bakal membuat kesepakatan.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (2/6/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik 9 sen, atau 0,2 persen ke angka US$ 49,01 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan global, turun 17 sen atau 0,3 persen ke angka US$ 49,72 per barel di ICE Futures Europe.

Dalam pertemuan negara-negara pengekspor minyak (OPEC) yang berlangsung di Wina,Austria, delegasi Arab Saudi mengatakan bahwa negara tersebut sedang mempertimbangkan untuk menahan produksi.

Sebelumnya banyak analis yang pesimistis bahwa Arab Saudi memang benar-benar berniat untuk mengendalikan produksinya untuk kembali mendorong harga minyak naik. Namun dengan adanya pernyataan tersebut memberikan angin segar kepada komoditas energi tersebut sehingga mendorong harga untuk kembali naik.

Langkah yang akan dilakukan oleh Arab Saudi ini cukup mengejutkan bagi anggota OPEC lainnya karena sebelumnya Arab Saudi enggan untuk bersepakat dengan negara penghasil minyak lainnya yaitu Rusia untuk menahan produksi minyak demi mengerek harga.

Langkah Arab Saudi ini merupakan kejutan sehingga mendorong kenaikan harga minyak setelah sebelumnya dalam empat hari terakhir terus tertekan. Beberapa pialang dan analis mengungkapkan bahwa pernyataan dari delegasi Arab ini cukup untuk menghentikan aksi jual.

"Saya tidak tahu mengapa pasar menjadi begitu optimistis. tapi dengan adanya rencana menahan produksi tersebut maka secara teori akan menurunkan cadangan," jelas senior vice president Herbert J. Sims & Co, Donald Morto.

Harga minyak dalam beberapa hari terakhir terus mendekati angka US$ 50 per barel. Pengurangan pasokan beberapa negara menjadi pendorong kenaikan harga minyak meskipun memang kenaikannya tidak terlalu besar. Salah satu contohnya adalah kebakaran di Nevada yang membuat negara tersebut menutup kilang pengeboran untuk menghindari musibah. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.