Sukses

Menteri Yuddy Jamin Rasionalisasi PNS Dilakukan secara Adil

Proses rasionalisasi juga akan disertai dengan pembenahan sumber daya manusia (SDM) PNS.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi memastikan proses rasionalisasi pegawai negeri sipil (PNS) tidak akan menimbulkan kegaduhan. Pasalnya, proses tersebut akan dilakukan dengan adil dan hati-hati.

Yuddy menyatakan, rencana untuk merasionalisasi PNS sudah dipertimbangkan oleh Kementerian PANRB ‎secara matang. Pihaknya juga akan menyiapkan mekanisme rasionalisasi yang adil bagi PNS yang berpotensi diberhentikan.

"Sudah kita pertimbangkan semua. Artinya dalam mengambil kebijakan ini, kita mengedepankan keadilan dan hak pegawai," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Rabu (8/6/2016).

Yuddy juga menjamin proses rasionalisasi ini tidak dilakukan secara asal-asalan. Oleh sebab itu, dia meminta para PNS yang memiliki kinerja baik tidak khawatir akan rencana ini.

‎"Tidak akan ada pecat asal-asalan, tidak ada istilah PHK, tidak ada istilah memangkas, tapi memang rasionalisasi. Itu artinya untuk mendapatkan pegawai yang benar-benar rasional yang melakukan tugasnya. Rasionalnya menurut kami di angka 3,5 juta," jelas dia.

Sebelumnya, Yuddy mengatakan pemangkasan atau rasionalisasi 1 juta PNS tidak dilakukan secara besar-besaran, melainkan bertahap.‎ Pengurangan jumlah PNS akan dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.

"Maka kami menawarkan rasionalisasi dilakukan dalam tiga tahun ke depan, sampai 2019. Pak Presiden juga menyampaikan setiap tahun sekitar 200 ribu orang akan pensiun. Dengan begitu, dalam tiga tahun ke depan diperkirakan yang akan pensiun 500 ribuan orang,"‎ jelas dia.

Selain itu, Yuddy juga memastikan proses rasionalisasi ini juga akan disertai dengan pembenahan sumber daya manusia (SDM) PNS. Dengan demikian, mekanisme rasionalisasi bukan hanya semata memangkas jumlah PNS, tetapi juga memperbaiki mutu dan kinerja PNS yang ada.

"Karena kita ini sedang bersaing, global competitiveness index kita jauh di bawah negara lain, easy doing of business kita jauh tertinggal. Kita butuh satu loncatan. Salah satu upaya untuk melakukan loncatan untuk memenangkan persaingan adalah dengan membenahi aparaturnya," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.