Sukses

Imbas Brexit ke Harga Minyak Hanya Bersifat Psikologis

Perubahan harga minyak dunia saat hasil Referendum Brexit keluar lebih karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang menjadi hasil referendum pada 23 Juni lalu, tidak memberikan pengaruh besar pada sektor energi, khususnya pada harga dan stok minyak dunia.

Gubernur Negara Eksportir Minyak (Organization of Petroleum Exportir Countries/OPEC) dari Indonesia Widhyawan Prawiraatmadja  mengatakan,‎ perubahan harga minyak dunia yang terjadi setelah Brexit hanya bersifat psikologis saja. Dampaknya pun tidak akan berlangsung lama.

"Tapi kan ini psikologis saja. Sementara saja, nanti juga balik lagi," kata dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (27/6/2016).

Menurut Widhyawan, perubahan harga minyak dunia saat hasil Referendum Brexit keluar lebih karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Saat dolar AS menguat, harga minyak mengalami penurunan.

"Lebih karena mata uangnya, maka jadi begitu (turun 2 dolar). Tapi kan itu sementara, kan biasa kalau harga dolar menguat harga minyak turun, kalau dolar lemah minyak naik," terang dia.

Dia melanjutkan, referendum Brexit juga tidak mempengaruhi stok minyak dunia di pasar. Sementara dari sisi investasi hanya berpengaruh pada lebih spesifiknya investasi ke Inggris dan Eropa.

‎"Inikan keluarnya baru dua tahun setelah itu ini efek psikologis saja. Dari segi minyak nggak ada, investasi ada beberapa hal, dilihat lagi kita kan biasanya ke Euro, jadi ke Inggris doang," tutup Widhyawan‎.

Pada Jumat pekan lalu, harga minyak mentah dunia susut hingga 5 persen. Ini seiring keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa mendorong adanya upaya penghindaran risiko besar dan membuat permintaan pada aset safe havens seperti dolar AS  naik. Ini turut mengancam pemotongan pemulihan di pasar minyak global.

Di akhir pekan lalu, harga minyak Brent turun 4,9 persen atau US$ 2,50, menjadi US$ 48,41 per barel. Sebelumnya harga komoditas ini sudah jatuh 6 persen di posisi US$ 47,54.

Sementara minyak mentah AS turun 5 persen atau US$ 2,47 di posisi US$ 47,64 per barel, ini merupakan penurunan satu hari terbesar sejak Februari. Secara mingguan, harga minyak Brent turun 1,5 persen dan AS sebesar 0,7 persen.(Pew/Nrm)

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.