Sukses

Kementerian Pertanian Klaim Impor Jagung Turun 47,5 Persen

Kementerian Pertanian mampu meningkatkan produksi jagung dalam beberapa tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) telah mampu meningkatkan produksi jagung dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan produksi jagung nasional tersebut berdampak kepada penurunan impor jagung. 

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian Suwandi menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pipilan kering di 2015 mencapai 19,61 juta. Produksi tersebut naik 3,17 persen jika dibandingkan 2014.

Kementerian Pertanian menargetkan produksi minimal jagung di2016 yang dalam kondisi La Nina bisa mencapai 21,53 juta ton. Ia optimistis target ini akan tercapai seiring dengan program yang telah disusun Kementerian Pertanian. 

"Program itu antara lain perluasan areal tanam dan intensifikasi secara besar-besaran dengan benih unggul 1,5 juta hektare dan integrasi jagung di lahan perkebunan dan hutan 724 ribu hektare,” kata Suwandi seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (27/6/2016). 

Suwandi melanjutkan, produksi jagung di 2016 lebih dari cukup guna memenuhi kebutuhan industri pakan 750 ribu ton per bulan dan total kebutuhan jagung nasional 1,55 juta ton per bulan. Bahkan produksi jagung di 2016 ini diprediksi akan surplus 1,3 juta ton.

Sementara itu, kebijakan pengendalian impor telah mampu menekan laju impor jagung turun 47,5 persen pada periode Januari-Mei 2016 sebesar 881 ribu ton menurun dibandingkan periode sama 2015 sebesar 1,68 juta ton.

“Memang ada peningkatan impor gandum atau meslin yang tidak diproduksi di dalam negeri, namun pada periode tersebut neraca perdagangan total sektor pertanian tetap surplus US$ 3,2 miliar,” ujar Suwandi.

Menurutnya, kini sudah saatnya industri pakan ternak di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur yang pro-aktif untuk meningkatkan porsi penggunaan bahan baku dari jagung lokal dengan cara bermitra dengan petani atau kelompok tani.

Ia mencontohkan dengan industri pakan ternak di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan yang sudah 100 persen bahan baku dari jagung lokal. Sebab, jagung lokal banyak memiliki keunggulan, mutu, berada tidak jauh dari industri dan dapat dibangun pola kemitraan petani secara berkelanjutan.

“Pelaku industri pakan ternak diminta bekerja keras memproduksi jagung sendiri, mengingat sumberdaya lahan terbuka luas, Pemerintah telah menyediakan 500 ribu hektar lahan hutan dan 265 ribu hektar kebun untuk investor jagung,” ujar Suwandi.

 


**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.