Sukses

Marak Teror Bom, Bagaimana Dampak ke Ekonomi Dunia dan Indonesia?

Volume perdagangan Indonesia ke Arab Saudi dan Malaysia relatif kecil seiring volume ekspor impor kedua negara itu moderat.

Liputan6.com, Jakarta - Teror bom bunuh diri tengah menghantui warga di belahan dunia setelah kejadian memilukan di Arab Saudi, Irak, Malaysia, Turki.

Bahkan di Indonesia, Solo, Jawa Tengah dikejutkan dengan peristiwa serupa. Akibat aksi tersebut mengancam terganggunya ekonomi dunia, baik di sektor perdagangan, investasi, dan sebagainya.

Direktur Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, rentetan peristiwa bom bunuh diri yang terjadi dalam kurun waktu bersamaan menimbulkan kekhawatiran seluruh warga dunia menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Jadi relatif jelas pesannya kepada dunia paska serangan bom ini, jangan senang-senang merayakan Idul Fitri karena masih banyak masalah di dunia Islam. ISIS masih eksis, kuat, dan siap menghancurkan siapapun juga," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (5/7/2016).

Dia mengimbau agar dunia, termasuk Indonesia meningkatkan kewaspadaan merespons serangan bom bunuh diri tersebut. Pelaku usaha, sambung Sasmito, di Indonesia pada khususnya telah beradaptasi dan mengantisipasi kondisi ketidakpastian ini karena teror bom sudah berlangsung sangat lama.

"Jadi dampak terhadap ekonomi Indonesia minimalis. Ekspor, impor, dan investasi akan tetap jalan walau masih relatif stagnan karena kombinasi dampak global yang dialami berbagai negara atau kelompok negara partner dagang utama kita," jelas Sasmito.

Dia mengaku, imbas perdagangan Indonesia ke Arab Saudi maupun Malaysia relatif kecil karena volume kegiatan ekspor dan impor terhadap kedua negara moderat. Kecemasan, kata Sasmito, justru akan dialami Arab Saudi karena khawatir terjadi penurunan jumlah jamaah umroh paska ledakan bom bunuh diri yang menewaskan sekitar 6 orang itu.

Meski begitu, dia memperkirakan Arab Saudi masih jauh dari bayang-bayang kebangkrutan karena produksi minyak yang sangat banyak dibanding hasil minyak Indonesia. Beruntungnya lagi, jumlah penduduk Arab Saudi kurang dari 1/10 basis penduduk Indonesia.   

"Yang khawatir mungkin Arab Saudi, takut jemaah umroh turun akibat bom ini. Kalau sudah begitu, kolaps sih tidak, karena cadangan devisa mereka dari hasil minyak di masa lalu sangat besar. Hanya saja masyarakatnya mulai perlu belajar tidak konsumtif," jelas Sasmito.  (Fik/Ahm)

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.