Sukses

Harga Bahan Pokok Turun Pasca Lebaran

Kegiatan operasi pasar yang masif dan pasar murah telah menurunkan harga bahan pokok.

Liputan6.com, Jakarta - Harga pangan pokok pasca Lebaran di DKI Jakarta per 8 Juli 2016 turun dibandingkan hari sebelumnya.

Berdasarkan hasil pantauan dan data Info Pangan Jakarta, harga daging sapi has turun Rp 9.410 per kg, beras premium turun Rp 760 per kg, daging ayam ras turun Rp 2.000 per kg, bawang merah turun Rp 1.250 per kg, cabai merah turun Rp 2.100 per kg, cabai keriting turun Rp 3.000 per kg, dan kentang Rp 1.350 per kg.

Kepala Pusat Data dan Informasi, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan penurunan harga pangan pokok terjadi oleh berbagai faktor, di antaranya dampak dari masif dan intensifnya kegiatan pasar murah yang dilakukan pemerintah khususnya Kementan.

Selain itu efek psikologi dari Ramadan dan Lebaran sudah berakhir serta permintaan menurun karena masih mudik.

"Untuk diketahui operasi pasar murah tahun ini lebih masif telah merambah ke lapak-lapak yang ada pasar tradisional," kata dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu (9/7/2016).

Suwandi menuturkan, agar harga pangan pokok pada Lebaran tahun depan menjadi lebih baik, perlu dilakukan peningkatan kualitas tata kelola pangan. Pertama, peningkatan antisipasi dimulai dari aspek hulu.

"Saat ini pun sudah dilakukan antisipasi satu musim sebelumnya secara baik sehingga pasokan cukup, ke depan kalkukasi secara detil jumlah dan jenis produk dengan pengaturan pola tanam, pemetaan sebaran detil sentra produksi, pemantauan harian panen seluruh pangan pokok secara  online," ujar dia.

Kedua, perlu fokus perbaikan pada aspek hilir. Ini dapat dilakukan dengan memperlancar distribusi pasokan, pengelolaan sistem logistik, penanganan tata niaga, dan stabilisasi harga. Pada aspek hilir ini fokusnya yaitu "mendekatkan" konsumen ke produsen dan sebaliknya.

Caranya yakni Toko Tani Indonesia (TTI) yang sudah dibangun Kementan bergandeng bersama-sama dengan Bulog, koperasi, dan pelaku usaha lainnya untuk membeli langsung ke petani atau kelompok tani atau gabungan kelompoktani (gapoktan) dan menjual langsung ke konsumen.

"Untuk itu, sejak awal pelaku di hilir mesti bermitra dengan para petani atau kelompoktani sebagaimana telah dilakukan TTI. Untuk jenis produk yang tahan disimpan lebih mudah dilakukan pengelolaan stok dan diperkuat sistem logistik yang ada," papar Suwandi.

Intinya, lanjut Suwandi, ke depan dalam jangka menengah dan panjang itu membangun secara permanen menjamin agar pasokan pangan dari sentra produksi mengalir ke konsumen secara lancar. Selain itu, pangan tersedia secara cukup dengan harga wajar atau terjangkau masyarakat. Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, menyimak begitu gencarnya program-program peningkatan produksi pangan, maka saat ini, tahun depan dan seterusnya tidak perlu impor beras, jagung, cabai, bawang merah. Bahkan sebagian komoditas ini malah sudah diekspor.

"Untuk impor produk kedelai akan menurun seiring dengan program peningkatan produksinya. Impor sapi bakalan atau daging sapi optimis akan semakin menurun karena program Inseminasi Buatan, impor sapi indukan, Sentra Peternakan Rakyat, integrasi sapi sawit, dan pengendalian pemotongan sapi betina produktif," tutur Winarno. (Ahm/Ndw)

 

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Kementan atau Kementerian Pertanian adalah salah satu lembaga kementerian di Indonesia yang membidangi urusan pertanian.

    Kementerian Pertanian

  • Harga pangan merujuk kepada rata-rata tingkat harga untuk pangan dalam tingkat negara, wilayah dan global.

    Harga Pangan