Sukses

Cerita Pemulung Berdasi yang Sulap Sampah Jadi Berkah

Pria yang diberi julukan Pemulung Berdasi ini bisa mereduksi sampah plastik menjadi barang dengan nilai ekonomis tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang sangka sampah yang dikenal menjijikan dan kotor bagi kebanyakan orang justru menjadi sumber penghasilan bagi seorang Muhammad Bijaksana Junerosano. Pria yang diberi julukan Pemulung Berdasi ini bisa mereduksi sampah plastik menjadi barang dengan nilai ekonomis tinggi.

Semua yang ia lakukan tidak semudah yang dibayangkan orang. Perlu waktu bertahun-tahun baginya untuk bisa membuat usahanya yaitu Tas baGoes menjadi produk ramah lingkungan yang menjadi favorit banyak orang.

“Setelah saya lihat ternyata presiden kita (pada saat itu masih dijabat oleh Susilo Bambang Yudhoyono-red) pun mengatakan bahwa green economy adalah masa depan. Bahkan Bank Dunia sudah memberi petunjuk kalau ternyata biaya sanitasi atau biaya lingkungan di Indonesia mencapai US$ 6 milliar,” ungkap pria lulusan ITB tersebut.

Sano yang kini menjadi CEO Greeneration Indonesia semakin ingin berkecimpung dalam penyelesaian masalah lingkungan di Indonesia. Menyadari pemakaian kantong plastik sudah sangat banyak dan ia ingin mereduksi ini dengan membuat siklus baru bagi lingkungan.

“Kami melakukan riset dan terbukti bahwa satu orang Indonesia membuang 700 sampah kantong plastik setiap tahunnya dan kami menganalogikan setiap tahunnya lahir 2 monster kresek baru dengan rata-rata per orangnya 350 lembar kantong plastik dan itu bermasalah buat lingkungan” jelasnya.

Bersama Greeneration Indonesia, Sano membuat program Kebunku (Kertas Bekasku Hijaukan Bangsaku) dengan mengolah sampah kertas menjadi tas ramah lingkungan. Nantinya tas ini bisa digunakan sebagai pengganti kantong plastik.

“Kami punya kontribusi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik di Indonesia sampai 500 juta kantong plastik berkat tas baGoes ini,” tuturnya.

Sampai saat in Sano sudah menjual lebih dari 500.000 tasnya. Tidak berhenti di situ, Sano juga bekerja sama dengan retailer untuk pilot project Diet Kantong Plastik yang Greeneration Indonesia galakkan dengan menerapkan metode Polluter Pays Principles dimana pencemar harus membayar.

Pilot project ini mampu mereduksi 8 juta kantong plastik dalam satu tahun yang tadinya ini bisa menjadi sampah tetapi ini bisa kami cegah. Selain itu berkat Polluter Pays Principles kami mendapat dana Rp 117 juta dari warga yang mau bertanggung jawab atas plastik yang ia pakai” ujarnya.

Dari situ Tim Greeneration Indonesia terus melebarkan saya dengan bekerjasama dengan retailer lain yang lebih besar untuk proyek yang sama dan mendapat dana hingga Rp 14 miliar yang digunakan untuk konservasi lingkungan.

Selain itu, pada tahun 2013 Greeneration Indonesia bersama pengacara Tiza Mafira bekerja sama dalam membuat petisi mengenai kantong plastik berbayar yang kemudian disahkan di Kota Makassar dan masih berjalan hingga saat ini.

Untuk ke depannya Sano ingin mereduksi sampah, bukan sampah plastik ataupun kertas, namun sampah sesungguhnya yang banyak menggunung di mana-mana. Ia juga berharap di 50 tahun ke depan, Greeneration Indonesia benar-benar bisa bermanfaat bagi lingkungan. (Nabila)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.