Sukses

Aliran Dana Masuk ke Pasar Negara Berkembang

Investor kini bertaruh kalau pasar negara berkembang akan membaik.

Liputan6.com, New York - Pasar negara berkembang tiba-tiba menjadi menarik. Aliran dana mengalir ke pasar negara berkembang. Dana itu masuk ke pasar saham dan obligasi atau surat utang.

Hal itu berdasarkan data Bank of America dan perusahaan riset EPFR. Dana sekitar US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp 64,24 triliun (asumsi kurs Rp 13.110 per dolar Amerika Serikat) masuk pada periode 14-20 Juli.

Selain itu, dana US$ 4,7 miliar masuk ke pasar saham negara berkembang antara lain Brazil, Afrika Selatan, dan India. Angka itu dinilai jadi salah satu terbesar secara mingguan dalam setahun.

Aliran dana yang masuk ke pasar negara berkembang itu terjadi usai dana investor asing keluar dalam beberapa tahun akibat harga komoditas antara lain minyak, besi dan tembaga yang lesu. Sekarang investor bertaruh kalau pasar negara berkembang akan membaik.

"Mereka benar-benar pada pijakan lebih baik sekarang dari pada tahun lalu. Ada data riil yang menunjukkan pasar sudah dalam proses bottoming (rendah)," ujar Jamie Anderson, Managing Principle Tierra Funds, seperti dikutip dari laman CNN Money, Minggu (24/7/2016).

Ada pun sejumlah faktor yang mendorong investor optimistis terhadap negara berkembang. Salah satunya suku bunga rendah terutama suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Bank sentral AS atau the Federal Reserves diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga rendah. Ini kabar baik untuk pemerintah dan perusahaan yang memiliki utang dalam dolar AS.

Selain itu, harga komoditas yang reli. Ada kenaikan harga komoditas mendukung reli besar di bursa saham. Indeks saham MSCI Emerging Market telah naik 9,4 persen sepanjang 2016. Angka itu jauh lebih baik dari pada bursa AS, dan bursa Eropa. Valuasi saham di negara berkembang juga dinilai masih lebih murah ketimbang AS.

Namun aliran dana masuk itu belum menyalip dari dana yang ditarik investor pada awal tahun ini. Sepanjang tahun ini investor juga menarik dananya yang berlaku di pasar saham dan obligasi seluruh dunia.

Sebagian besar aliran dana itu keluar pada Januari dan Februari ketika harga minyak merosot. Namun harga minyak dan komoditas lainnya kembali pulih. Investor pun cenderung melihat bursa Eropa dan Amerika Serikat (AS) melemah. Aliran dana keluar dari dua bursa itu mencapai US$ 67 miliar sepanjang 2016. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.