Sukses

Wall Street Tertekan Kenaikan Saham Energi

Harga minyak mentah turun ke bawah US$ 40 per barel, terendah sejak April. Harga minyak mendorong saham energi turun.

Liputan6.com, New York - Indeks S & P 500 dan Dow sedikit lebih rendah pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), seiring penurunan harga minyak yang menyeret saham energi jatuh. sementara saham Apple dan Alphabet membantu mengangkat indeks Nasdaq.

Melansir laman Reuters, Dow Jones industrial average turun 27,46 poin atau 0,15 persen menjadi 18.404,78 poin. Sementara indeks S & P 500 kehilangan 2,83 poin atau 0,13 persen ke posisi 2170,77.

Sedangkan indeks Nasdaq Composite bertambah 22,07 poin atau 0,43 persen menjadi 5.184,20 poin. Nasdaq ditutup pada level tertinggi sejak 21 Juli 2015.

Indeks S&P 500 mencapai rekor di awal sesi, namun tidak mampu mempertahankan kenaikan tersebut seiring turunnya harga minyak AS ke bawah US$ 40 per barel, level terendah sejak April, sebelum menetap di posisi US$ 40,06 per barel.

"Minyak telah sekali lagi muncul kembali sebagai pembawa bagaimana investor mengukur tren untuk ekuitas," kata Peter Kenny, Ahli Strategi Pasar Senior Global Markets Advisory Group di New York.

Indeks S & P 500 naik 3,6 persen sepanjang Juli, bulan terbaik sejak Maret, menyentuh rekor tertinggi intraday dalam tujuh kali, dipicu ekonomi AS yang menunjukkan tanda-tanda kenaikan dan pendapatan perusahaan tidak seburuk seperti perkiraan awal.

Adapun saham perusahaan energi seperti Exxon dan Chevron turun masing-masing sebesar 3,1 persen dan 3,3 persen, menyeret indeks Dow dan S&P 500. Saham energi pada indeks S&P susut 3,3 persen.

Saham Apple Inc. naik 1,8 persen, memberikan dorongan terbesar untuk tiga indeks utama. Saham Apple telah naik lebih dari 9 persen sejak keluarnya laporan keuangan pada pekan lalu. Sementara saham Google, induk Alphabet Inc naik 1,2 persen menjadi US$ 800,94.

Data pada hari Senin, menunjukkan jika aktivitas manufaktur AS melambat pada bulan Juli dan belanja konstruksi turun pada bulan Juni, menindaklanjuti laporan produk domestik bruto AS di kuartal kedua pada hari Jumat.

Pedagang melihat kemungkinan peluang kenaikan suku bunga Federal Reserve berlangsung pada akhir tahun sekitar 35 persen, menurut Fedwatch CME Group, turun dari lebih dari 50 persen pekan lalu.

Sekitar 6,65 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan 6,6 miliar rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini