Sukses

BI Prediksi Suku Bunga The Fed Naik 2 Kali Tahun Depan

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, bank sentral AS masih mempertimbangkan kondisi global.

Liputan6.com, Nusa Dua - Bank Indonesia (BI) memprediksi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuannya (fed fund rate/FFR) sebanyak dua kali pada tahun depan. Sedangkan kenaikan FFR bakal naik sekali pada tahun ini.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, bank sentral AS masih mempertimbangkan kondisi global. Saat ini pertumbuhan ekonomi global masih rendah.

Ditambah faktor eksternal yang terjadi seperti keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau disebut Britain Exit (brexit) pada Juni 2016. Dengan melihat kondisi itu, Perry menuturkan, kenaikan suku bunga the Fed hanya naik sekali pada tahun ini.

"Asumsi fed fund rate naik sekali pada tahun ini. Kenaikan tak setinggi yang diperkirakan. dua kali pada tahun depan berdasarkan informasi sekarang kondisi AS dan global," ujar dia, di Nusa Dua Bali, seperti ditulis Selasa (2/8/2016).

President The Federal Reserve Bank of New York William Dudley menuturkan, pertumbuhan ekonomi diprediksi berada di kisaran dua persen untuk 18 bulan ke depan. Konsumsi dan kebijakan fiskal akan membantu menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, investasi juga akan meningkat dari pelemahan yang terjadi pada kuartal II 2016. "Pertumbuhan itu akan serap pasar tenaga kerja, dan mendukung inflasi bergerak di kisaran 2 persen," ujar Dudley.

Selain itu, faktor eksternal ikut menjadi pertimbangan the Fed. Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit), menurut Dudley hal ini memang akan mempengaruhi perdagangan global.

Meski demikian, Dudley memandang pasar terlalu cepat menilai suku bunga AS akan naik 25 basis poin hingga 2017. Bila data masuk sesuai prediksinya, Dudley melihat normalisasi kebijakan moneter AS akan lebih cepat. Hal itu asal didukung pasar tenaga kerja dan inflasi.

"Espektasi pasar dapat membebani. Kemungkinan ekonomi dapat lebihi harapan kami. Hal itu dapat meredakan risiko pertumbuhan dari Brexit dan perkembangan global lainnya," jelas dia.

Lebih lanjut ia menuturkan, bila kondisi ekonomi global dan internal mendukung maka the Fed akan cepat menyesuaikan normalisasi kebijakan moneter.

Untuk alasan itu, Dudley menilai terlalu dini untuk menyingkirkan pengetatan kebijakan moneter pada tahun ini."Seperti yang saya katakan sebelumnya, itu tergantung pada data," kata Dudley.(Ahm/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini