Sukses

Miskin Itu Bikin Menderita? Ini Alasannya

Jika teman Anda ada yang bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan, coba tantang teman terebut untuk memberikan semua uangnya pada Anda.

Liputan6.com, Jakarta - Jika teman Anda ada yang bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan, coba tantang teman terebut untuk memberikan semua uangnya pada Anda demi membuktikan teori ini. Beranikah dia?

Sederet penelitian berusaha membuktikan soal benarkah uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Salah satunya adalah meneliti negara yang mendapat gelar paling bahagia di dunia.

Contohnya Denmark memiliki populasi 5,6 juta orang. Negara Skandinavia ini telah menempati posisi negara terbahagia sebanyak dua kali sejak PBB mulai mengukurnya pada 2012.

Tolok ukur yang digunakan menyangkut beberapa faktor. Di antaranya, faktor kesehatan, akses ke fasilitas kesehatan, hubungan keluarga, keamanan kerja, faktor sosial, termasuk kebebasan politik dan tingkat korupsi pemerintahannya. Denmark adalah negara yang 43 persen pekerjaan tingkat tinggi sektor publiknya dikerjakan perempuan.

Semua orang bahkan punya akses gratis ke rumah sakit dan praktisi medis umum. Pajak tinggi juga digunakan untuk sekolah dan universitas. Setiap siswa diberikan uang jajan per bulannya hingga tujuh tahun. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan atau jatuh sakit dibantu oleh negara.

Denmark sendiri menempati peringkat ketujuh sebagai negara terkaya di dunia pada tahun 2016 dengan per kapita negara sebesar US$60.634.

Kebahagiaan memang bisa datang dari diri sendiri dan tergantung dari pengalaman hidup setiap orang daripada seberapa banyak materi yang dimiliki. Namun fakta-fakta di bawah ini memperlihatkan bahwa uang juga punya peran penting dalam membuat seseorang bahagia seperti dikutip dari dari CekAja.com:

1. Lebih mudah depresi

Berdasarkan laporan 2012 Gallup, sebuah perusahaan berbasis penelitian dan konsultasi di Amerika, kemiskinan membuat seseorang lebih rentan menderita masalah kesehatan dan depresi.

Dari keseluruhan orang miskin yang diteliti, sebanyak 30,9 % pernah didiagnosa depresi, dibandingkan dengan 15,8 persen yang tidak miskin. (Baca juga: Beda Ketakutan Antara Orang Kaya dan Orang Miskin)

2. Ganggu tumbuh kembang anak

PBS, sebuah organisasi nonprofit di bidang penyiaran  Amerika melaporkan jika anak yang tumbuh besar dalam kemiskinan perkembangan kognitifnya dapat terganggu. Dalam kasus yang lebih ekstrem, dalam otak anak-anak tersebut terdapat ‘racun stres’ yang menghambat kemampuan berpikir mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pendidikan layak

3. Sulit dapat pendidikan layak

Pendidikan merupakan gerbang untuk mencapai hidup yang lebih sejahtera. Memang ada banyak beasiswa sampai tingkat profesor yang tersedia bagi mereka yang berotak encer tapi kurang mampu.

Tapi banyak juga orang kurang mampu yang pasrah alias tidak ingin berjuang mendapatkan pendidikan layak karena alasan biaya.

Studi yang dilakukan Universitas Virginia menemukan hubungan antara kebahagiaan dengan meraih gelar sarjana. Pendidikan tinggi, menurut para peneliti, dapat membuat seseorang berkesempatan lebih kaya, hidup secara lebih berarti, dan punya pendapatan lebih tinggi.

4. Buruknya kondisi psikologis

Di luar negeri, pinjaman uang untuk biaya kuliah adalah hal biasa. Dalam sebuah artikel yang dimuat di Jurnal Ilmu Sosial dan Pengobatan, mahasiswa yang harus membayar utang biaya kuliah saat sudah bekerja memiliki kondisi psikologis yang lebih buruk daripada mereka yang tidak berutang.

Saat dalam keadaan mendesak dan tidak punya uang, orang miskin cenderung berutang. Sedangkan orang berada karena punya uang tidak perlu meminjam.

3 dari 4 halaman

eksplorasi

5. Eksplorasi hal menyenangkan butuh uang

Ketika Anda punya banyak uang, Anda tidak perlu dipusingkan soal nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Efeknya pikiran bisa lebih bebas dan tanpa bebas untuk mencoba hal-hal menyenangkan dalam hidup.

Berdasarkan artikel dalam Jurnal Scientific American tahun 2010, “…orang yang punya kemampuan untuk menikmati pengalaman hidup dapat menentukan tingkat kebahagiaan yang dirasakan.”

6. Jarang sedih

Dalam studi yang dimuat dalam Jurnal Ilmu Psikologi Sosial dan Kepribadian, mungkin tidak ada hubungan langsung antara uang dan kebahagiaan. Namun terdapat bukti kalau uang mencegah kesedihan. Studi tersebut menyimpulkan jika orang yang punya banyak uang dapat mencegah diri dari mereka sedih dalam situasi yang membuat stres.

7. Tidak bisa beramal

Saat semua kebutuhan sudah terpenuhi, peluang untuk banyak beramal akan semakin besar. Bermurah hati dalam beramal adalah hal yang membuat bahagia. Hal ini berdasarkan studi Universitas Harvard yang berjudul ‘Menggunakan uang untuk kebaikan orang lain adalah tindakan setimpal’.

Dalam studi tersebut, peneliti memberikan uang kepada mahasiswa untuk dihabiskan baik untuk diri sendiri atau orang lain. Hasilnya,  mereka yang menghabiskan uang untuk orang lain terbukti merasa lebih bahagia daripada mereka yang menghabiskan untuk diri sendiri.

4 dari 4 halaman

Tambah pengalaman

8. Menambah pengalaman hidup butuh uang

Menurut buku Stumbling on Happiness membeli apapun yang diinginkan tidak membuat seseorang lebih bahagia. Namun menghabiskan uang untuk sebuah pengalaman berharga seperti misalnya berenang bersama hiu, mendaki gunung berapi, keliling dunia, atau pengalaman-pengalaman yang akan menjadi kenangan seumur hiduplah yang membuat seseorang lebih bahagia.

Tentu saja untuk menyicipi pengalaman tesebut dibutuhkan uang uang tidak sedikit. (Baca juga: Habiskan Uang Untuk Traveling Bisa Bikin Bahagia, Kenapa?)

9.  Rentan kesepian

Dalam studi yang dimual dalam Jurnal Psikologi Konsumen tahun 2011, orang-orang dengan hubungan sosial yang bermakna merasa lebih bahagia.

Dan penelitian yang dikutip dalam The Guardian pada tahun 2014, orang yang hanya punya sedikit uang lebih rentan kesepian. “Hubungan sosial yang buruk memberikan kontribusi dan merupakan sinyal kemiskinan.”
Bagaimana denganmu? Apakah uang membuatmu lebih bahagia?

(Ndw/Zul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.