Sukses

Tantangan Besar Untuk Brand Indonesia

Berikut ini adalah tantangan besar untuk brand Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Menghidupkan merek lokal menjadi merek internasional merupakan tujuan utama para pelaku bisnis Indonesia. Apalagi, hambatan perdagangan internasional semakin berkurang, hadirnya internet memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dapat bersaing lebih efektif di pentas global. Tapi merek internasional juga datang untuk meningkatkan eksistensi.

Sebagai brand yang melihat target pasar baru, tidak jarang mendengar hal-hal seperti: "Itulah cara yang selalu kami lakukan". Namun, kenyataannya strategi yang biasa dijalankan belum tentu memberikan jaminan akan kesuksesan di masa depan, khususnya di pasar yang masih baru, di mana Anda masih harus beradaptasi.

Sama seperti dalam hubungan manusia, kita lebih toleran dan pemaaf pada keluarga dan teman-teman kita, terhadap teman-teman baru atau pelanggan baru, kita akan membutuhkan usaha lebih banyak. Konsumen memang tidak wajib merasakan merek yang masih diragukan, namun rasa ingin tahu dapat mendorong orang untuk mencoba merek-merek baru, jadi pemicunya adalah rasa keingintahuan itu.

"Produk dibuat di pabrik, namun merek tercipta di dalam pikiran,” kata Walter Landor.

Sementara itu, saat kita mengambil pemikiran tersebut untuk diimplementasikan, banyak perusahaan Indonesia masih melakukan perubahan pola pikir dari manufaktur ke pemasaran, dan pada gilirannya akan menjadi lebih dekat dengan konsumen yang kemungkinan akan menjadi pasar mereka.

Memang benar, orang akan sering membeli sesuatu hanya karena mereka membutuhkannya. Tapi ketika ada pilihan, alasan untuk memilih satu merek dari yang lain akan melibatkan emosi seseorang. Konsumen tidak memilih Anda untuk sesuatu yang Anda lakukan, mereka memilih Anda dengan alasan mengapa Anda bisa melakukan hal tersebut.

Setiap organisasi dapat memberitahu Anda apa produk yang mereka buat atau layanan yang mereka berikan. Sebagian besar bahkan dapat menjelaskan bagaimana mereka melakukannya, misalnya melalui proses kepemilikan atau USP. Tapi sangat sedikit yang dapat mengutarakan, mengapa mereka bersedia membuat produk ini.

“Mengapa” ini tidak hanya tentang uang, ini tentang tujuan mereka, sebab mereka, dan keyakinan mereka. Jika Anda tidak tahu "mengapa" Anda hadir, maka Anda tidak bisa mengharapkan orang lain akan tahu. Ketika sebuah merek diyakini oleh konsumennya, mereka tak akan segan berbagi kekaguman mengenai merek tersebut kepada orang lain, hal itu akan lebih kuat dari pada pernyataan atau janji-janji kosong semata.

Misalnya saja pelanggan Apple, konsumen membeli produk lebih karena kepraktisannya atau desain yang dirancang sensual. Tapi mereka membeli karena sudah memiliki keyakinan merek yang begitu dalam. Apple dapat membuat pelanggan semakin berinovasi dan membuat variasi, sambil memberikan kepuasan pelanggan terhadap merek dagang yang sudah konsisten. Brand Apple sudah mapan, sehingga menjadi sangat adaptif dan sangat berprinsip. Akhirnya, kita semua setuju berkat komitmen mereka mencapai hasil ini.

Ketika bisnis memasuki pasar baru, mereka harus bertanya pada diri sendiri, "Apa yang harus disediakan di dalam layanan masyarakat pada merek ini?” Karena kemungkinan besar ada produk atau jasa yang sejenis di pasar yang sudah hadir. Dengan mengangkat pertanyaan "mengapa", memungkinkan adanya tingkat yang lebih tinggi dari koneksi dengan konsumen di pasar yang baru dan berpotensi pada pendekatan yang lebih otentik.

Untuk merek yang ingin mengambil langkah pertama ke tahap internasional, brand harus berhenti sejenak untuk bertanya terlebih dahulu tentang "mengapa", dan bagaimana cara mereka mendapatkan kepercayaan dari konsumen.

(Adv)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini