Sukses

Menteri ESDM Arcandra Tahar Kumpulkan Bos Perusahaan Migas

Menteri ESDM Arcandra Tahar mengumpulkan petinggi perusahaan hulu minyak dan gas bumi (migas).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengumpulkan petinggi perusahaan hulu minyak dan gas bumi (migas). Langkah Arcandra ini untuk mendalami perkembangan terkini dari industri hulu migas di Indonesia.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, beberapa perusahaan yang berkumpul dengan Menteri ESDM adalah PT Pertamina (Persero) dan Exxon Mobil.

‎"Pak Menteri mau ketemu dengan Pertamina dan CEO perusahaan-perusahaan lain. Ada Exxon, yang lain juga ada. Silaturahmi dengan pelaku industri hulu," kata Wiratmaja, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/8/2016).

Pertemuan tersebut akan membahas semua hal yang berkaitan dengan kegiatan industri hulu migas dan untuk mengetahui perkembangan industri hulu migas di Indonesia saat ini. "Semua hal akan disampaikan, di-share ke Pak Menteri," tutur Wiratmaja.

Salah satu konsentrasi dari Menteri ESDM Arcandra Tahar adalah produksi minyak yang menurun. Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, per 30 Juni 2016, produksi rata-rata minyak bumi sebesar 834,4 ribu barel per hari (bph). Sementara per 30 Juli 2016, produksi rata-rata minyak naik di angka 834,7 ribu bph.

Untuk gas bumi, produksi rata-rata per 30 Juli 2016 sebesar 7.962 juta kaki kubik per hari (mmscfd), turun tipis dibanding produksi per 30 Juni 2016 yang sebesar 7.985 mmscfd. “Dengan dukungan semua pihak, kami optimistis target produksi yang ditetapkan pemerintah dapat tercapai,” kata Amien.

Sebagai informasi, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan Tahun 2016 target lifting minyak bumi sebesar 820 ribu bph, sedangkan gas bumi sebesar 6.440 mmscfd.

Dari sisi investasi, pada semester I 2016, tercatat investasi sebesar US$ 5,65 miliar atau sekitar Rp 76,3 triliun. Rinciannya, investasi untuk eksplorasi sebesar US$ 367 juta, untuk kegiatan pengembangan sebesar US$ 845 juta, kegiatan produksi sebesar US$ 3,922 miliar, dan administrasi senilai US$ 521 juta.

“Hal ini menunjukkan perusahaan hulu migas menjadikan program pengembangan dan produksi sebagai prioritas,” kata Amien.

Dengan investasi tersebut, pengeboran sumur pengembangan, kerja ulang dan perawatan sumur realisasi cukup tinggi. Misalnya, sumur pengembangan yang terealisasi 144 sumur dari rencana 245 sumur atau 59 persen, kerja ulang (work over) terealisasi 04 sumur dari rencana 1.286 sumur atau 47 persen, serta perawatan sumur yang terealisasi sebanyak 16.822 dari rencana 39.956 sumur atau 42 persen.

Amien melanjutkan, minimnya realisasi kegiatan program eksplorasi, seperti survei seismik dan pengeboran eksplorasi. Contohnya, program survei seismik dua dimensi (2D) dari rencana 10.955 kilometer (KM), per semester I 2016 baru terealisasi 1.057 km atau baru tercapai 10 persen.

Seismik tiga dimensi (3D) yang baru terealisasi 865 kilometer persegi dari target 11.217 km2 atau hanya 8 persen. Begitu juga dengan pengeboran eksplorasi yang baru terealisasi 23 sumur dari rencana 68 sumur atau 34 persen. “Kecilnya realisasi kegiatan eksplorasi ini akan berdampak pada turunnya penemuan cadangan migas ke depan,” ucap Amien. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini