Sukses

Data Ekonomi Tekan Harga Emas

Data ekonomi China dan Amerika Serikat pengaruhi harga emas menjelang akhir pekan ini.

Liputan6.com, New York - Harga emas merosot menjelang akhir pekan ini imbas data China yang mengecewakan. Data ekonomi AS membantu keyakinan pelaku pasar terhadap emas. Akan tetapi, pelaku pasar juga melihat kalau harga emas gagal bertahan di atas level US$ 1.350 per ounce.

Harga emas untuk pengiriman Desember melemah US$ 6,8 atau 0,5 persen menjadi US$ 1.343,20 per ounce usai sentuh level tertinggi US$ 1.362,50. Selama sepekan, harga emas merosot 0,09 persen. Sedangkan harga perak melemah 1,6 persen ke level US$ 19.703 per ounce. Harga perak susut 0,6 persen selama sepekan.

"Jika harga emas lewati US$ 1.350 maka harga emas bisa terus naik," ujar Julian Phillips, Pendiri GoldForecaster.com seperti dikutip dari Marketwatch, Sabtu (13/8/2016).

Ia memprediksi ada kenaikan harga emas pada September. Seiring produsen perhiasan akan membeli emas untuk antisipasi akhir tahun.

Analis juga melihat ada peluang permintaan emas di India meningkat seiring masyarakat akan membelanjakan dananya untuk musim festival.

Harga emas juga dipengaruhi laporan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kurang baik. Penjualan ritel sedikit berubah pada Juli 2017, atau turun dari keuntungan 0,8 pada Juni. Harga grosir melemah 0,4 persen pada Juli. Sedangkan kepercayaan konsumen naik 90,4 pada awal Agustus. Data ekonomi AS menjadi pertimbangan bank sentral untuk menetapkan suku bunga. Seperti diketahui suku bunga tinggi dapat menjadi katalis negatif untuk harga emas

"Penurunan data penjualan ritel adalah pertanda baik untuk mendorong harga emas. Investor juga masih tertarik dengan emas meski harga dipengaruhi rencana bank sentral Amerika Serikat soal suku bunga," kata Naeem Aslam Kepala Riset ThinkMarkets.

Ia memprediksi, harga emas dapat mencapai US$ 1.500 pada akhir tahun. Harga emas cenderung menarik dibeli seiring suku bunga rendah.

Selain itu, data ekonomi China juga mempengaruhi pasar. Hasil produksi industri China kurang dari yang diperkirakan sekitar 6 persen pada Juli. Ini menandai penurunan dari hasil produksi China pada Juni sekitar 6,2 persen.

Meski bursa AS dan dolar AS melemah menjelang akhir pekan ini tidak membuat investor tertarik untuk emas, sehingga harganya cenderung stagnan. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.