Sukses

Harga Minyak Anjlok Dipicu Stok Melimpah dan Dolar Perkasa

Harga minyak turun lebih dari 1 persen.

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) di tengah kekhawatiran baru tentang melimpahnya stok minyak, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan prediksi bahwa pemberontak Nigeria akan berhenti menghambat produksi minyak mentah negara itu.

Dilansir dari Reuters, Selasa (30/8/2016), harga minyak mentah jenis Brent turun US$ 66 sen atau 1,3 persen menjadi US$ 49,26 per barel. Begitu pula harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) berakhir turun US$ 66 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 46,98 per barel.

Stok minyak mentah AS kemungkinan naik untuk minggu kedua berturut-turut pekan lalu sebanyak 1,3 juta barel, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan. Sementara Irak mengekspor lebih banyak minyak mentah.

Kekhawatiran melimpahnya stok minyak diimbangi berita bahwa operator minyak dan gas di Teluk Meksiko telah menutup produksi minyak sebesar 168.334 barel per hari dan gas 190 juta kaki kubik per hari sebagai langkah antisipasi menghadapi badai tropis. Penutupan itu mewakili 11,5 persen dari produksi minyak dan 5,5 persen dari produksi gas AS.

Nilai tukar dolar AS menguat usai Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen nemberi sinyal akan segera menaikkan suku bunga acuan. Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dijual dalam mata uang dolar AS menjadi kurang terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga minyak terus menguat sejak awal Agustuss hingga pertengahan pekan lalu karena Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan menyetujui kesepakatan pembatasan produksi dengan produsen minyak non OPEC dalam pertemuan di Aljazair pada 26-28 September 2016.

Sementara beberapa analis percaya OPEC akan memangkas produksinya, sedang sejumlah analis lainnya bertaruh OPEC akan mencoba untuk membendung aksi jual dengan lebih berbicara tentang pembatasan produksi.

Harga minyak sudah mulai pulih tahun ini meski masih diperdagangkan kurang dari setengah dari puncak pertengahan 2014, saat harga minyak berada di atas US$ 100. Pejabat senior di Shell dan ConocoPhillips (COP.N) memprediksi kelebihan pasokan minyak bisa meluas ke 2017. (Ndw/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini