Sukses

Kinerja 10 Saham Ini Cetak Imbal Hasil Tertinggi

Saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk menjadi salah satu saham yang cetak imbal hasil mencapai 1.340 persen hingga Agustus 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kinerja saham di pasar modal Indonesia mampu mengalahkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode hingga Agustus 2016. Akan tetapi, analis menilai, kinerja saham tersebut belum mencerminkan dari fundamental.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 16,75 persen dari akhir tahun 2015 hingga penutupan perdagangan saham Rabu 30 Agustus 2016 di kisaran 5.362,32.

Kinerja IHSG positif itu juga didukung kenaikan sejumlah saham. Bahkan kinerja saham tersebut melampaui kinerja IHSG dan memberi imbal hasil tinggi. Berdasarkan RTI, saham-saham yang melonjak tajam itu antara lain PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) naik 1.340 persen ke level Rp 720 per saham. Harga saham NIKL sempat sentuh level tertinggi Rp 990 per saham dan terendah Rp 50 per saham.

Kemudian saham PT Indofarma Tbk (INAF) naik 1.042,86 persen ke level Rp 1.920 per saham hingga perdagangan saham Selasa 30 Agustus 2016. Saham INAF sempat sentuh level tertinggi Rp 1.990 per saham dan terendah Rp 149 per saham.

Saham yang memberikan imbal hasil tertinggi lainnya yaitu saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menanjak 703,85 persen ke level Rp 1.045 per saham. Saham BRPT sempat sentuh level tertinggi Rp 1.060 dan terendah Rp 124 per saham.

Selain itu, saham PT Indika Energi Tbk (INDY) naik 486,36 persen ke level harga Rp 645 per saham. Saham INDY sempat berada di level tertinggi Rp 785 per saham dan terendah Rp 106 per saham.

Selain itu, ada saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) menguat 434,36 persen ke level harga Rp 1.555 per saham. Harga saham PT Semen Baturaja Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 1.635 dan terendah Rp 283 per saham.

Saham PT Delta Dunia Tbk (DOID) naik 344,44 persen ke level harga Rp 240 per saham hingga Agustus 2016. Saham PT PP Properti Tbk (PPRO) melonjak 326,97 persen menjadi Rp 760 per saham.

Saham PT Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) naik 284,62 persen ke level harga Rp 200 per saham. Harga saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melonjak 242,53 persen menjadi Rp 2.980 per saham, dan saham PT BRI Agro Tbk (AGRO) naik 217,53 persen menjadi Rp 308 per saham.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Valuasi Saham Mahal

Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan meski harga saham tersebut melonjak tajam namun tidak berkorelasi dengan fundamental. Ia mencontohkan, sejumlah sektor saham farmasi yang naik signifikan antara lain INAF dan KAEF.

Melihat laporan keuangan PT Indofarma Tbk (INAF), penjualan bersih naik 1,84 persen menjadi Rp 471,31 miliar hingga Juni 2016. Perseroan pun masih catatkan rugi periode berjalan Rp 27,86 miliar hingga Juni 2016.

"Saat ini belum ada kebijakan sektoral farmasi dan kinerja keuangan yang memberikan efek positif. Holding BUMN Farmasi juga masih wacana," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (31/8/2016).

Selain itu, Aditya menuturkan dari sisi volume perdagangan dan likuiditas juga mempengaruhi pergerakan saham-saham yang naik signifikan tersebut. "Contoh saham AGRO dari sisi volume perdagangan lebih tinggi dari tahun lalu. Volume perdagangannya tidak wajar," kata dia.

Aditya menambahkan, valuasi saham-saham tersebut juga sudah cukup mahal. Investor pun diingatkan untuk berhati-hati terhadap kenaikan harga saham yang tak wajar tersebut.

Akan tetapi, dari antara saham tersebut, Aditya menilai saham PT PP Properti Tbk (PPRO) menjadi salah satu saham yang memiliki kinerja keuangan cukup baik dan diuntungkan dari proyek pemerintah dan induk usahanya PT PP Tbk (PTPP).

Berdasarkan laporan keuangan PPRO hingga semester I 2016, perseroan membukukan pendapatan naik 35,27 persen menjadi Rp 973,76 miliar. Laba perseroan naik 10,99 persen menjadi Rp 157,21 miliar.

"PT PP Properti Tbk juga diuntungkan dengan infrastruktur. Mereka juga anak usaha PPTPP yang juga dapatkan proyek dari induk usahanya," kata dia.

Ia menuturkan, sektor properti juga cukup baik di sisa akhir tahun 2016. Hal itu lantaran Bank Indonesia (BI) menurunkan loan to value (LTV) atau uang muka properti dari 30 persen menjadi 20 persen. Tak hanya itu, PP Properti juga memiliki diversifikasi penjualan produk properti untuk menengah bawah hingga atas.

Aditya menilai, saat ini saham PT PP Properti Tbk memang sudah cukup mahal dengan di kisaran Rp 775 per saham. Akan tetapi, saham PP Properti Tbk dinilai masih cukup prospek untuk jangka panjang. "Current PEnya sekitar 43 kali. Kalau mau masuk tunggu saham PP Properti koreksi hingga di bawah PE 30 kali. Buy on weakness di Rp 700 kalau berniat untuk masuk saham PT PP Properti Tbk," jelas dia. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.