Sukses

Penghasilan Rp 3 Juta Ingin Beli Rumah? Ini Caranya

Jika seseorang mengejar rumah dengan harga Rp 300 juta seharusnya memiliki uang muka sekitar 20 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Memiliki sebuah rumah idaman dirasa sangat sulit saat ini karena harga terus melambung. Apalagi, bagi seseorang dengan penghasilan pas-pasan.

Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno mengatakan, perlu strategi khusus untuk mendapat rumah dengan penghasilan yang minim. Misalnya, untuk seseorang dengan penghasilan Rp 3 juta sebulan.

Mike menerangkan, pada tahun pertama seseorang mesti mengumpulkan dana darurat atau emergency fund. Dana ini ialah dana siaga untuk keperluan yang mendesak.

"Kalau penghasilan Rp 3 juta, pengeluaran mesti lebih rendah Rp 2,5 juta, dikali 3 Rp 7,5 juta tidak boleh diutak-atik," kata dia dalam peluncuran Citi Priority di Hotel Kempinski Jakarta, Rabu (7/9/2016).

Mike mengatakan, setelah dana darurat terbentuk baru fokus ke down payment (DP) atau uang muka rumah. Misalnya, jika seseorang mengejar rumah dengan harga Rp 300 juta seharusnya memiliki uang muka sekitar 20 persen atau sekitar Rp 60 juta.

Biaya uang muka tersebut bisa dicari dengan beberapa cara, pertama dengan melakukan investasi seperti di reksa dana. Namun, mencari dana di reksa dana bukan tanpa risiko karena membutuhkan waktu yang lumayan lama di sisi lain harga rumah terus naik.

"Reksa dana pasar uang term 2 tahun appropriate. Cuma saya kasih tahu menabung sulit karena rumahnya direbutkan, tidak terkejar," ujar dia.

Oleh karenanya, dia mengatakan perlu strategi lain. Caranya, dengan meminjam uang uang muka rumah. Diusahakan, lanjut dia, cicilan untuk investasi idealnya sekitar 30 persen dari penghasilan.

"Cari DP-nya yang bisa dicicil, bisa pinjam orang tua atau kantor untuk bayar DP. Ketika cicil DP sebenernya KPR belum jalan. KPR jalan kalau sudah siap diakad setelah itu cicil DP. Biasa nyicil DP maka nyicil KPR tidak masalah," jelas dia.

Mike menuturkan, investasi diperlukan supaya penghasilan seseorang tidak tergerogoti dengan adanya inflasi.

"Jadi sesuatu dilakukan tapi tidak dicek, maksimal apa belum sehingga hanya menabung saja. Celakanya di situ, konservatif, harus upgrade kita butuh untuk mengejar inflasi. benchmark dalam mengelola keuangan," tandas dia. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini