Sukses

Spekulasi OPEC Tahan Pasokan Bikin Harga Minyak Naik

Harga minyak juga didukung harga ekuitas yang lebih tinggi di Wall Street dan melemahnya dolar AS.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah naik 1 persen setelah Venezuela mengisyaratkan bahwa anggota OPEC dan produsen utama lainnya bisa menyetujui kesepakatan pembekuan pasokan. Pemicu lain, terjadinya bentrokan di Libya yang mengganggu upaya untuk memulai kembali ekspor minyak mentah dari pelabuhan utama.

Harga minyak juga didukung harga ekuitas yang lebih tinggi di Wall Street dan melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat komoditas seperti minyak mentah, lebih terjangkau bagi pemegang euro dan mata uang lainnya.

Melansir laman Reuters, Selasa (20/9/2016), harga minyak mentah berjangka Brent naik 40 sen menjadi US$ 46,17 per barel dan sempat mencapai tertinggi US$ 46,93 sebelumnya.

Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 37 sen menjadi US$ 43,40, setelah sesi tinggi pada US$ 44,15 per barel.

Adapun harga bensin berjangka AS turun 1,6 persen menjadi US$ 1,4390 per galon.

Pekan lalu, Brent mencapai level terendah dalam dua minggu di posisi US$ 45,48 per barel dan WTI jatuh ke level terendah lima pekan dari posisi US$ 42,74 di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dengan pengiriman lebih dari Libya dan Nigeria.

Namun, bentrokan di Libya pada hari Minggu, menghentikan pemuatan kargo minyak pertama dari pelabuhan Ras Lanuf.

Harga minyak juga naik setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pada hari Minggu bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen minyak utama lainnya hampir mencapai kesepakatan terkait stabilitas harga.

Produsen minyak akan bertemu di sela-sela sebuah konferensi industri di Aljazair pekan depan, untuk membicarakan berpotensi pembekuan produksi minyak, menjelang pertemuan kebijakan yang sangat penting OPEC pada bulan November.

Di masa lalu, para analis telah terus-menerus mengatakan kemungkinan kesepakatan OPEC sebagai eksportir terbesar akan menggenjot output. Adapun ekspor minyak mentah Saudi naik pada bulan Juli menjadi 7.622.000 barel per hari dari 7.456.000 barel per hari pada bulan Juni, data menunjukkan.

Namun, dengan munculnya adanya pertemuan di Aljazair beberapa pendapat mulai bergeser.

"Kami pikir ada jendela besar kesempatan untuk membekukan harga. Ini tidak hanya akan membantu menyeimbangkan pasar, tetapi juga merupakan win-win untuk OPEC dan Rusia, karena Iran tidak mungkin untuk menambah produksi tambahan pula untuk 6-12 bulan ke depan," kata analis Natixis Deshpande Abhishek.

T. Boone Pickens, yang menjalankan BP Capital Management, memprediksi harga minyak akan berakhir di kisaran US$ 55- US$ 60 di tahun ini. Dia tidak melihat harga minyak akan naik menjadi US$ 100 karena cadangan AS.(Nrm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.