Sukses

Penguatan Rupiah Dapat Tembus 12.790 per Dolar AS

Pelemahan data ekonomi Indonesia dan kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia dapat menjadi kendala penguatan rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Tren penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan terus berlanjut seiring membanjirnya perolehan dana dari program pengampunan pajak atau tax amnesty. Pergerakan kurs mata uang Garuda diramal ‎menguat hingga level Rp 12.790 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Pasar Uang sekaligus Head of Research and Analyst PT Monex Investido Futures, Ariston Tjendra memproyeksikan laju nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (28/9/2016) berada pada rentang Rp 12.900-Rp 13.000 per dolar AS.

"Potensi penguatan rupiah diperkirakan sampai 12.790‎ per dolar AS. Penguatan bisa bertahan sampai sebelum berita soal rencana kenaikan suku bunga The Fed muncul lagi," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu pagi ini.

Faktor terbesar yang mengerek rupiah, Ariston menuturkan karena realisasi dana dari tax amnesty yang cukup besar menjelang periode I berakhir.

Untuk diketahui, dari data dashboard Ditjen Pajak hingga pukul 09.00 WIB, nilai uang tebusan ‎berdasarkan Surat Setoran Pajak (SSP) mencapai Rp 73,3 triliun. Berdasarkan Surat Pernyataan Harta (SPH) yang masuk sebanyak 207.802 SPH, uang tebusan Rp 54,3 triliun.

Sementara nilai pernyataan harta yang sudah dideklarasi dan di repatriasi terus melonjak sebesar Rp 2.514 triliun. Terdiri dari Rp 1.720 triliun dari ‎deklarasi dalam negeri, Rp 666 triliun dari deklarasi luar negeri, dan repatriasi Rp 128 triliun.

"Tax amnesty memang faktor terbesar dari penguatan rupiah," tegas Ariston.

Namun demikian, Ariston mengaku, ada beberapa hal yang dapat menahan gerak penguatan rupiah. Di antaranya, pelemahan data-data ekonomi Indonesia, kekhawatiran perlambatan ekonomi ‎dunia.

"Bisa juga dari pemangkasan 7 Day Reverse Repo Bank Indonesia, rumor kenaikan suku bunga AS," tutur dia.

Dia menuturkan, level Rp 12.790 per dolar Amerika Serikat masih aman untuk kegiatan perdagangan ekspor dan impor.

"Untuk dagang yang penting penguatan atau pelemahan tidak terlalu cepat. Harus gradual dan BI sudah melakukan pemangkasan suku bunga untuk meredam kecepatan penguatan nilai tukar," jelas Ariston.

Saat ditanyakan apakah sudah saatnya bagi pelaku pasar melepas dolar AS, Ariston menjawab singkat. "Biasanya ada momentum pelepasan dolar setelah dolar AS dan rupiah menembus level baru," ujar dia. (Fik/Ahm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.