Sukses

Takut Berutang, Warga Negara Ini Lebih Suka Pakai Uang Tunai

Dengan memegang uang tunai, beberapa konsumen merasa lebih yakin untuk mengetahui transaksi yang mereka lakukan.

Liputan6.com, London - Saat kemajuan teknologi pembayaran terus berkembang, warga Jerman  justru lebih senang bertransaksi secara tunai.
 
Bila dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti Australia, Amerika Serikat, Perancis dan Belanda, uang tunai di dalam dompet warga Jerman dan Austria hampir dua kali lebih banyak.

Uang tunai yang tersimpan rata-rata sebesar US$ 123, dengan sekitar 80 persen dari seluruh transaksi dilakukan secara tunai.

Apa yang menyebabkan hal ini?

Menurut laporan Bank Sentral Eropa (ECB), hal itu karena bertransaksi dengan tunai memudahkan konsumen untuk melacak uang dan pengeluaran mereka. Dengan demikian, mereka bisa mengelola anggaran secara lebih efektif.

"Dengan melihat sekilas ke dalam saku seseorang memberikan sinyal tentang sejauh mana pengeluaran dan anggaran yang tersisa," jelas ECB melansir laman Mirror.co.uk, Jumat (30/9/2016).

Menurut ECB, dengan memegang uang tunai, beberapa konsumen merasa lebih yakin untuk mengetahui transaksi yang mereka lakukan.

Di mana, mengelola transaksi dengan tunai membantu melindungi diri dari utang. Sebab jika tidak memiliki uang tunai, Anda tidak bisa menghabiskannya.

Dan hal mengejutkannya, statistik menunjukkan bahwa tingkat utang konsumen di Jerman sangat rendah, dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.

Hanya 33 persen dari Warga Jerman mengaku memiliki kartu kredit sejak 2011, yang sebagian besar juga tak mereka pakai.

Namun keengganan untuk tidak memiliki utang tidak selalu positif. Risiko ini merugikan warga Jerman terkait utang hipotek. Negara ini memiliki tingkat kepemilikan rumah terendah di antara negara maju lainnya karena keengganan memiliki utang hipotek.

Namun jika ditelisik lebih jauh, apa yang dilakukan warga Jerman berkaitan dengan sejarah.

Pada era Weimar terjadi Hiperinflasi di negara ini. Harga berbagai barang di Jerman naik hingga triliunan kali lipat, sampai-sampai sepotong roti dijual seharga 428 juta mark dengan harga sekilo mentega mencapai 6 triliun mark.

Peredaran uang juga meroket. Terjadi pencetakan uang kertas  secara besar-besaran hingga seribu kali nilai nominal. Setiap kota mengeluarkan surat utangnya sendiri, banyak bank dan perusahaan melakukan hal yang sama.

Dengan melihat kondisi ini, tidak sulit untuk memahami alasan warga di negara-negara yang telah mengalami krisis perbankan untuk memilih menyimpan uang tunai, daripada menaruh uang di bank.

Tak heran, negara-negara seperti Bulgaria dan Rumania, yang memiliki sejarah ketidakstabilan mata uang dan krisis keuangan juga tercatat sebagai pengguna uang tunai terbanyak.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.