Sukses

Mentan Amran: RI Banjir Bawang Selundupan dari Singapura

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman mengaku Indonesia kerap kali dibanjiri bahan pangan, seperti bawang dan beras ilegal dari negara lain. Komoditas tersebut biasanya masuk melalui wilayah perbatasan atau pelabuhan tikus di Indonesia.

"Sudah 70 tahun (perbatasan) di Indonesia tidak punya sawah, akhirnya selundupan masuk dari Singapura. Biasanya yang diselundupkan bawang, beras, tapi paling cuma 10 ton, 20 ton, 100 ton," ujar Amran saat Konferensi Pers 2 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di kantor Kepala Staf Kepresidenan, Jakarta, Jumat (21/10/2016).

Kementerian Pertanian, tambahnya, bekerjasama dengan penegak hukum untuk membenahi wilayah perbatasan dan meningkatkan pengawasan di pelabuhan tikus. Inisiatifnya, Amran bilang, membangun lumbung pertanian dengan mencetak sawah baru di perbatasan, mencakup 44 Kabupaten di Indonesia.

"Sekarang sudah ada 500 hektare (ha) lebih sawah di perbatasan. Targetnya 4.000 ha. Mudah-mudahan dalam 3 bulan ke depan bisa terealisasi sehingga kita tidak usah tutup jalur tikus, biar tikusnya nyeberang dari Indonesia ke Singapura," Amran menerangkan.

Wilayah perbatasan di 44 Kabupaten tersebut, lanjutnya, menanam beras organik yang bisa diekspor ke negara tetangga. Sebagai contoh perbatasan di Kepulauan Riau diharapkan bisa menyelesaikan masalah selundupan bahan pangan dari Singapura.

Kemudian perbatasan Entikong di Kalimantan ke Malaysia, Nusa Tenggara Timur (NTT) menuntaskan masalah pangan dengan Timor Leste, Filipina dengan Maluku, dan Merauke dengan Papua Nugini.

"Jadi sekarang ada perbatasan yang sudah ekspor beras organik dan perbatasan di 44 Kabupaten diarahkan ke sana bangun lumbung pangan organik. Karena harganya cukup menggiurkan, 66 Euro per Kilogram (Kg)," Amran menandaskan. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini