Sukses

Ketidakpastian Pilpres AS Bikin Bursa Asia Tergelincir

Investor terus menyoroti tanda-tanda kian ketatnya persaingan dalam Pemilihan Presiden AS.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia tergelincir pada pembukaan perdagangan di akhir pekan ini, seiring pelemahan dolar yang menandai kian meningkatnya ketidakpastian tentang hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,2 persen pada awal perdagangan, turun 1,4 selama seminggu.

Sementara indeks Nikkei Jepang tergelincir 0,9 persen, usai dibuka kembali setelah libur pada Kamis. Indeks ini telah turun 2,7 persen pada minggu ini, terseret kebangkitan yen.

Investor terus menyoroti tanda-tanda kian ketatnya persaingan dalam Pemilihan Presiden antara Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Republik dalam beberapa hari sebelum pemungutan suara berlangsung pada Selasa pekan depan.

Menurut dua jajak pendapat yang dirilis pada Kamis, Clinton, yang dipandang sebagai kandidat status quo oleh pasar, masih memimpin dengan persaingan yang ketat dengan Trump.

Trump, dalam kampanyenya menyatakan akan mendongkrak transaksi perdagangan dan menerapkan tarif tinggi pada barang impor. Sementara sikapnya pada kebijakan luar negeri AS dan imigrasi tidak jelas.

"Masih ada ruang lingkup sell-off yang signifikan jika Trump menang," tulis Ric Spooner di CMC Markets.

Sementara dolar melemah terhadap yen, naik 0,2 persen menjadi 103,17 JPY. Sedangkan terhadap Euro turun tipis 0,1 persen menjadi US$ 1,1099, naik sekitar 1 persen untuk minggu ini.

Sebelumnya Wall Street melemah ditopang oleh penurunan saham di sektor kesehatan juga teknologi. Harga minyak yang melemah juga memberi imbas negatif pada Wall Street.

Dow Jones Industrial Average turun 0,16 persen menetap di penurunan tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Sementara S&P 500 turun 0,44 persen dan Nasdaq Composite indeks kehilangan 0,92 persen.

Di perdagangan komoditas, emas untuk kontrak Desember turun 0,29 persen atau 3,75 ke level US$ 1.304 per ounce. Sementara minyak untuk pengiriman Desember juga turun 1,59 persen atau 0,72 untuk menyentuh harga US$ 44,62 per barel.

Sementara harga minyak acuan Brent turun 1,17 persen hingga menyentuh harga US$ 46,31 per barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini