Sukses

Ketahui Biaya Mata Uang Asing Sebelum Pakai Kartu Kredit

Transaksi melalui kartu kredit dengan memakai mata uang asing sekarang kian marak.

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi melalui kartu kredit dengan memakai mata uang asing sekarang kian marak. Kartu kredit dipakai saat traveling ke luar negeri. Yang kini kian marak ialah bertransaksi dengan kartu kredit di situs perdagangan online atau e-Commerce di luar negeri seperti e-Bay, amazon, dan sejenisnya.

Selain itu, pembelian tiket maskapai penerbangan asing, paket wisata dari situs luar negeri, atau membeli langsung suatu barang di luar lain juga dapat dikategorikan sebagai transaksi dengan menggunakan mata uang asing.

Saat melakukan transaksi dengan mata uang asing itu ada biaya selisih nilai tukar mata uang atau  kurs yang dikenakan terhadap pengguna kartu kredit termasuk Anda. Selisih kurs ini perlu menjadi perhatian setiap pengguna kartu kredit, terutama jika mereka sering menggunakannya untuk berbelanja online.

Pastikan Anda mengetahui biaya yang akan timbul dari transaksi tersebut. Selanjutnya anda dengan nyaman bisa menggesek kartu kredit sesuai kebutuhan Anda.

Berikut ini fakta seputar biaya konversi mata uang asing ke rupiah yang perlu kamu ketahui seperti dikutip dari HaloMoney:

1. Menggunakan kurs dolar AS sebagai acuan

Pada umumnya bank, perusahaan e-Commerce, perusahaan penerbangan, dan pihak merchant lainnya  menggunakan nilai tukar dolar Amerika Serikat sebagai satuan mata uang atas harga barang.

Kurs dolar AS digunakan karena mata uang dolar AS lebih umum digunakan di pasar uang (money market), dibandingkan mata uang lainnya seperti pound sterling atau euro.

Seandainya harga suatu barang yang akan Anda beli dalam mata uang non dolar, sebaiknya Anda tetap memilih mata uang dollar AS sebagai mata uang transaksi. Biasanya di situs-situs e-Commerce terdapat pilihan memilih mata uang yang akan digunakan dalam menetapkan harga barang.

Baca juga: Cara Mengetahui Kondisi Keuangan Anda Sehat atau Sakit

Biaya jaringan kartu kredit

2. Biaya jaringan kartu kredit dan bank penerbit kartu.

Saat Anda menggunakan kartu kredit untuk bertransaksi memakai kurs asing, anda akan terkena biaya pengalihan kurs dari dollar AS ke rupiah, mata uang yang akan menjadi tagihan kartu kredit.  

Biaya konversi mata uang asing sebenarnya terdiri dari dua bagian, yaitu biaya yang dikenakan oleh Credit Card Network (seperti Visa dan MasterCard) serta biaya yang dikenakan oleh bank penerbit kartu kredit seperti BCA, CIMB Niaga, HSBC, Citi, dan Standard Chartered dan seterusnya.

Umumnya, biaya konversi kurs yang dikenakan oleh Visa dan MasterCard berkisar antara 1 persen hingga 2 persen, sedangkan bank akan mengenakan 1,5 persen hingga 2,5 persen dari nilai transaksi. Itulah biaya yang harus dibayar dari transaksi dengan dollar AS menjadi tagihan dalam mata uang rupiah.

Biaya konversi tersebut dikenakan langsung pada kurs tukar terhadap rupiah di laporan tagihan kartu kredit Anda. Akibatnya, biaya konversi mata uang asing ini sering tidak disadari oleh pengguna kartu kredit sehingga tagihan kartu kredit Anda membengkak di luar kewajaran.

Jika biaya konversi mata uang asing ini diakumulasi untuk setiap transaksi dalam mata uang asing yang sering Anda lakukan, tentunya jumlahnya akan menjadi besar. 

Agar tidak membuat arus kas Anda terganggu, sebaiknya cobalah untuk bertanya kepada bank mengenai biaya konversi mata uang asing yang akan dikenakan pada Anda dan negosiasikanlah dengan harga kurs yang wajar.

Baca juga: Mau Menggesek Kartu Kredit di Luar Negeri? Perhatikan Tips ini

Rupiah belum tentu bebas biaya

3. Memakai mata uang rupiah belum tentu bebas biaya

Selain transaksi dalam mata uang asing, ada kalanya Anda ingin membeli produk atau jasa di luar negeri dengan mata uang Rupiah. Sepintas transaksi ini terkesan lebih nyaman karena Anda langsung menggunakan Rupiah, namun faktanya persepsi itu seringkali salah.

Jika anda memilih bertransaksi dalam mata uang rupiah di luar negeri melalui ecommerce atau menggesek kartu Anda saat liburan, anda bisa terkena apa yang disebut Dynamic Currency Conversion. Ini adalah fasilitas yang digunakan oleh merchant tempat Anda berbelanja, bukan oleh Credit Card Network.

Dampaknya, merchant  tempat Anda bertransaksi akan mengenakan biaya karena telah menyediakan transaksi dalam mata uang non dollar AS. Selain terkena biaya konversi dari provider kartu kredit dan bank penerbit, Anda bisa dikenakan biaya fasilitas Dynamic Currency Conversion sekitar 0,8 persen hingga 1 persen dari transaksi.

4. Kurs lebih mahal dari kurs rata-rata di bank

Umumnya bank penerbit kartu kredit mengenakan kurs yang lebih mahal dari kurs rata-rata di bank pada hari itu terhadap transaksi dengan mata uang non rupiah dengan kartu kredit di luar negeri. Ini berdasarkan pengalaman tim Halomoney yang bertransaksi menggunakan kartu kredit dari bank swasta nasional di situs ecommerce internasional pada 18 Oktober 2016 lalu.

Contohnya, sebuah bank swasta nasional mengkonversi transaksi kartu kredit melalui PayPal sebesar US$ 9,9 dengan kurs Rp 13.348 per dolar AS. Padahal nilai kurs (jual/sell) dolar AS di bank tersebut pada tanggal yang sama sebesar Rp 13.109 per dolar AS.

Selisih kurs ini harus Anda perhatikan saat menerima tagihan. Jika kurs yang digunakan sangat tidak wajar, Anda bisa meminta bank mengenakan kurs yang wajar.

Jadi, guys, gunakan kartu kredit untuk transaksi di luar negeri dan situs ecommerce asing dengan bijak dan jangan ragu untuk mencari informasi dari bank untuk mencegah pemborosan yang dapat terjadi akibat biaya konversi mata uang asing. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.