Sukses

Pemerintah Terus Waspadai Kebijakan Proteksi Donald Trump

Selama 10 tahun terakhir, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat stabil 11 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mewaspadai kebijakan dagang  proteksionis dari Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump. Lantaran Negeri Paman Sam ini merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia, sehingga apapun kebijakan yang dijalankan akan berpengaruh.

‎Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Tjahja Widayanti menuturkan, Donald Trump memiliki perbedaan visi dan misi dengan Presiden AS sebelumnya Barrack Obama. Dalam kampanyenya, Donald Trump membawa tiga isu penting kebijakan perdagangan.

Isu pertama, melakukan tindakan keras dan tegas ke China yang dianggap telah memanipulasi mata uang untuk meningkatkan ekspor. Kedua, negosiasi ulang perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA), dan ketiga, menolak Trans Pacifik Partnership (TPP) yang akan menghancurkan industri manufaktur AS‎.

"Kebijakan yang bersifat proteksionis Donald Trump akan mengubah lanskap perdagangan global. Makanya kebijakan protektif Donald Trump harus diwaspadai," ujar Tjahja saat menghadiri UOB Indonesia Economic Outlook di Grand Ballroom, Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Dia menuturkan, AS sangat penting bagi Indonesia karena merupakan pasar ekspor negara ini. Pada 2005, AS adalah negara tujuan ekspor pertama bagi Indonesia. Selama 10 tahun terakhir, ekspor Indonesia ke AS stabil sebesar 11 persen sehingga pemilihan presiden AS di 2008 dan 2012 ‎tidak berdampak ke Indonesia.

Tjahja menyebut, produk ekspor andalan Indonesia ‎ke AS, yakni tekstil, elektronik, komoditas minyak mentah. Sementara produk impor Indonesia dari AS, di antaranya mesin-mesin, bijih minyak kedelai, sisa industri makanan untuk pakan ternak, dan lainnya.

"AS jadi penting buat Indonesia karena menjadi sumber surplus non migas perdagangan. Pada Januari-September ini, suplus dagang Indonesia-AS US$ 6,3 miliar atau naik US$ 0,3 miliar‎ dari US$ 6,0 miliar di Januari-Agustus ini. Itu karena kondisi ekonomi dan permintaan dari AS," kata Tjahja.

‎Ke depan, Tjahja mengatakan, kasus anti dumping, anti subsidi akan banyak dihadapi Indonesia dan negara lain. Namun dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global yang membaik 3,4 persen di 2017 diharapkan dapat mendongkrak ekspor.

"Faktor penting yang mempengaruhi kinerja ekspor adalah kurs dan harga komoditas. AS penting bagi Indonesia, tapi tidak perlu khawatir dengan perdagangan dan ekonomi AS karena relatif stabil dalam satu dekade. Kondisi AS yang baik bisa mendukung kinerja ekspor Indonesia ke AS," ujar Tjahja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini