Sukses

Ini Penyebab Harga Cabai Sering Melambung

Minimnya pengetahuan petani akan tata kelola pertanian modern menjadi salah satu penyebab mahalnya harga cabai.

Liputan6.com, Jakarta - Minimnya pengetahuan petani akan tata kelola pertanian modern menjadi salah satu penyebab mahalnya harga cabai. Oleh sebab itu, perlu campur tangan dari pemerintah untuk memberikan pembelajaran mengenai tata kelola pertanian modern.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid menjelaskan, banyak petani cabai di Indonesia bercocok tanam berdasarkan kebiasaan. Padahal, kebiasaan tersebut tidak bisa dijalankan untuk segala situasi.

Contohnya saat anomali cuaca seperti saat ini. Tingginya curah hujan membuat banyak tanaman cabai rusak alias gagal panen. Pasokan cabai pun tersendat, sehingga harga di pasaran melambung. Seharusnya dengan tata kelola pertanian yang baik bisa membuat ancaman gagal panen diminimalisasi.

"Banyak petani, jangankan pemula, yang lama juga masih gagal. Jadi seharusnya ada pembelajaran bagaimana seandainya menangani musim penghujan yang panjang," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (3/12/2016).

Dia melanjutkan, sebenarnya ada cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi ancaman gagal panen saat musim penghujan yang panjang. Salah satunya adalah dengan menata jarak antar tanaman dan sistem irigasi. Namun tak semua petani cabai mengerti cara tersebut.

"Jarak tanamnya diperlebar, karena menyangkut jamur-jamur itu harus dilakukan. Paling penting pengolahan lahan. Kan, harus itu utama supaya dia bisa bagus," kata dia.

Oleh karena itu, dia menginginkan adanya peran aktif pemerintah untuk perbaikan tata kelola tersebut. "Sistem ini yang komprehensif yang menyeluruh, petani dikasih tahu bagaimana budi dayanya. Saya yakin budi dayanya diperbaiki, itu intervensi dari pemerintah," kata dia.

Untuk diketahui, harga cabai di pasar tradisional saat ini relatif tinggi. Misalnya, untuk cabai keriting berada di kisaran Rp 60 ribu per kg. Abdul menuturkan, pasokan cabai di petani saat ini relatif sedikit. Musim hujan membuat cabai rusak karena jamur.

"Yang ada dipertahankan supaya enggak rusak, bagaimana misalnya nyemprot 5 hari sekali, mungkin jadi 3 hari sekali, semua kan biaya. Itu yang dilakukan petani saat ini. Kalau mengejar tanam baru tidak mungkin," tandas dia. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.