Sukses

Perlu Teknologi Baru untuk Dongkrak Produksi Migas dari Sumur Tua

Wamen ESDM Arcandra Tahar meminta ahli teknik perminyakan Indonesia dapat menjadi pelopor penggunaan teknologi baru untuk lapangan migas.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan agar meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia membutuhkan teknologi baru dalam pencarian migas.

Saat ini kebanyakan lapangan minyak dan gas bumi (migas) Indonesia sudah uzur. Arcandra menuturkan, untuk menggenjot produksi minyak dari lapangan migas tua tersebut membutuhkan teknologi yang baru.

"Inilah tantangan kita ke depan agar lapangan marginal bisa di develop. Tanpa teknologi saya pesimistis kalau berkutat dengan eksisting teknologi harganya mahal," kata Arcandra, dalam Forum Bisnis Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), di Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Arcandra pun meminta pada ahli ‎teknik perminyakan Indonesia, menjadi pelopor penggunaan teknologi baru untuk pengembangan lapangan migas Indonesia yang sudah tua. Langkah itu agar produksi migas Indonesia dapat meningkat.

"Karena itu IATMI kalau bisa jadi pelopor. Men-support mengarahkan teknologi baru, saya harap IATMI mendorong lapangan marginal dengan teknologi," ujar dia.

Untuk menginspirasi penggunaan teknologi baru, Arcandra pun memaparkan teknologi yang ditemukannya dalam mengembangkan lapangan minyak dan gas (migas) di Peru saat dirinya masih bekerja perusahaan jasa pencarian  migas di Amerika Serikat.

Perusahaannya mendapat tantangan untuk mendapat tantangan mengembangkan lapangan migas di Peru yang produksi minyaknya hanya 10 ribu barel per hari (bph).

Biasanya proyek pencarian minyak  yang dilakukan untuk tiga-empat sumur, tetapi untuk proyek yang berada di tengah laut tersebut dia harus mengembangkan 24 sumur. Targetnya selesai dalam dua tahun. "Berapa sumur? paling tiga atau empat. Dia minta palform 24," ucap Arcandra.

Namun, untuk mengembangkan sumur di tengah laut Peru tersebut tidak ada alat pengangkut (crane) untuk merakit peralatan pencarian minyak di tengah laut. Dia pun mengakalinya dengan inovasi teknologi baru,dan cara tersebut berhasil.

"24 sumur kalau bisa di fastrack dua tahun teknologinya b‎elum ada. ‎ Kita combine dari teknologi mulai penelitian Januari tidak ada crane di sana, idenya seperti mainan anak. Idenya simpel," ujar Arcandra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini