Sukses

RI Bakal Belajar dari UEA soal Harga Listrik dari Energi Surya

Uni Emirat Arab meski mencatatkan produksi minyak 3 juta barel per hari tetapi masih menggunakan energi surya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akan mengirim tim ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk mempelajari pembentukan harga listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Jonan mengatakan, saat menghadiri sidang negara eksportir minyak  (Organization of Petroleum Eksporting Countries/OPEC), di Wina Austria pada pekan lalu, dia berbincang dengan Menteri ESDM Uni Emirat Arab. Ia pun mempertanyakan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di negara tersebut.

"Minggu lalu, saya ke Wina, sidang OPEC, saya ketemu menteri energinya Emirates. Saya tanya, di sana ada renewable energy tidak?," kata Jonan, dalam diskusi akhir tahun ketenagalistrikan di Jakarta, Kamis (8/12/2016).

Jonan melanjutkan, ‎meski produksi minyak Uni Emirat Arab mencapai 3 juta barel per hari (bph) dan konsumsinya hanya 5 persen dari produksi, tetapi masih menggunakan EBT yaitu tenaga surya.‎ Sedangkan di Indonesia produksi minyaknya 820 ribu bph sedangkan konsumsinya 160 ribu bph.

"Di Emirate itu memproduksi hampir 3 juta barel sehari. Konsumsinya cuma sekitar 5 persen dari produksinya," ujar Jonan.

Jonan menuturkan, harga listrik dari ‎PLTS di Uni Emirat Arab jauh lebih murah. Untuk ukuran 150 Mega Watt (MW) tarifnya hanya US$ 2 sen per Kilo Watt hour (kWh).

Untuk ukuran 200 MW US$ 2,42 sen per kWh. Negara tersebut akan membangun PLTS dengan kapasitas 500 MW harga listriknya hanya US$ 2,25 sen per kWh. Untuk diketahui, harga listrik dari PLTS jauh lebih mahal dengan rata-rata US$ 15 sen per kWh.

"Saya tanya, apa? Dia bilang begini, satu, solar PV, tenaga matahari, 150 MW menurut beliau, saya tanya tarifnya berapa? 2,99 sen dolar AS per KWH. Kedua 200 MW, gede, 2,42 sen per kWh," ujar Jonan.

Jonan pun ingin harga listrik dari tenaga surya di Indonesia murah seperti di Uni Emirat Arab. Oleh karena itu dia mengirim tim untuk mempelajari pembentukan tarif listrik tersebut.

"Kalau menurut catatan kementerian ESDM, mereka lebih tinggi pajaknya‎. Tapi masa di sini harganya itu mahal, jadi sekarang mau kirim tim, lihat di sana, kenapa harganya sekompetitif itu. Ini adalah negara dengan produksi tiga juta barel per hari," tutur Jonan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini