Sukses

Pemalsuan Uang di RI Lebih Rendah Dibanding Negara Lain

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kasus pemalsuan uang rupiah lebih rendah jika dibanding dengan beberapa negara lain.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kasus pemalsuan uang rupiah lebih rendah jika dibanding dengan beberapa negara lain. Rendahnya tingkat pemalsuan tersebut karena BI telah menerapkan fitur keamanan sesuai dengan standar internasional.

Direktur Eksekutif Pengelolaan Uang Bank Indonesia Suhaedi menjelaskan, selama ini semua temuan uang palsu berasal dari laporan masyarakat. Temuan tersebut setelah masyarakat mengidentifikasi melalui 3D.

Selama ini BI terus melakukan sosialisasi program 3D yaitu Dilihat, Diraba dan Diterawang. "Masyarakat sudah bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu dengan 3 D," tuturnya seperti ditulis Sabtu (10/12/2016).

Suhaedi melanjutkan, jika dibandingkan dengan dengan negara lain, tingkat pemalsuan uang di Indonesia jauh lebih rendah. Sayangnya, Suhaedi enggan mengungkapkan rasio jumlah uang palsu yang ditemukan di Indonesia dengan beberapa negara lain.

Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah uang palsu yang ditemukan pada Agustus 2016 tercatat 14.244 lembar. Jumlah tersebut turun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 27.660 lembar atau jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 21.978 lembar.

Suhaedi melanjutkan, tingkat pemalsuan uang rupiah cukup rendah karena BI telah menyematkan fitur pengamanan sesuai dengan standar internasional.

"Standar internasional terdapat 12 fitur pengamanan pada uang. Untuk rupiah telah memenuhinya antara 9 pengamanan hingga 12 pengamanan tergantung pecahannya," kata dia.

Unsur pengaman pada uang kertas rupiah dapat dibedakan berdasarkan unsur pengaman yang terbuka atau covert security features dan tidak terbuka atau covert security features.

Kebanyakan unsur pengaman dari pemalsuan uang adalah yang terbuka dan dapat dilihat dengan mudah oleh masyarakat. Pendeteksian unsur pengaman tersebut dapat dilakukan dengan mata telanjang, perabaan tangan maupun dengan menggunakan peralatan sederhana seperti kaca pembesar dan ultra violet.

Pendeteksian unsur pengaman yang tidak terbuka hanya dapat dilakukan dengan suatu mesin yang memiliki sensor tertentu yang memiliki tingkat kepastian dan kecepatan yang cukup tinggi untuk mengetahui unsur pengaman tersebut. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini