Sukses

Bursa Asia Menguat Jelang Rilis Pertemuan The Fed

Fokus pelaku pasar menanti hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat soal suku bunga sehingga pengaruhi bursa Asia.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia menguat pada perdagangan saham Rabu pekan ini mengikuti gerak bursa Amerika Serikat (AS) atau wall street. Penguatan tersebut didorong pelaku pasar yang bersiap terhadap kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga.

Pelaku pasar juga menanti sinyal kebijakan the Federal Reserve pada 2017. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Penguatan dipicu indeks saham Australia mendaki 0,4 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,3 persen. Sedangkan indeks saham Selandia Baru melemah 0,1 persen.

Penguatan bursa Asia tak lepas dari wall street yang positif. Bahkan indeks saham Dow Jones mendekati level 20.000.  Reli wall street didorong spekulasi kabinet Donald Trump akan mendorong stimulus fiskal dan memangkas regulasi.

Selain itu, fund manager juga optimistis terhadap keuntungan perusahaan lebih dari enam tahun dan masuk ke saham-saham bank sehingga mencatat rekor. Dalam survei Bank of America Merrill Lynch menemukan kalau investor berharap pertumbuhan global naik ke level tertinggi dalam 19 bulan dan inflasi catatkan angka tertinggi.

Indeks saham Dow Jones pun naik 0,58 persen. Sedangkan indeks saham S&P 500 mendaki 0,65 persen dan Nasdaq menanjak 0,95 persen.

Sektor saham teknologi juga mendorong kenaikan bursa saham. Saham Apple naik 1,7 persen dan Amazon menanjak 1,9 persen. Saat ini pasar fokus terhadap kebijakan bank sentral AS untuk menghadapi kebijakan Donald Trump yang akan pengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Selain itu juga proses kenaikan tingkat suku bunga.

"Sepertinya kebanyakan pejabat the Fed menunggu untuk mengetahui lebih detil kebijakan fiskal Trump sebelum mereka memberikan prediksinya. Pasar akan kecewa bila the Federal Reserve tidak menyediakan tambahan informasi," ujar Michelle Girard, Kepala Ekonom RBSM, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (14/12/2016).

Lebih lanjut ia menuturkan, pasar mengharapkan the Federal Reserve akan menaikan suku bunga dua hingga tiga kali pada 2017.

Kebijakan berbeda diambil bank sentral Eropa. Pada pekan lalu, bank sentral Eropa menunda pembelian aset, dan membeli surat utang berjangka pendek. Hasilnya imbal hasil surat berharga AS dan Jerman bertenor dua tahun semakin lebar.

Di pasar komoditas, harga minyak Amerika Serikat sentuh level tertinggi ke US$ 53,41 pada perdagangan Selasa waktu setempat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini