Sukses

Bursa Asia Tersungkur Imbas The Fed Dongkrak Suku Bunga

Kenaikan suku bunga the federal reserve telah menekan bursa Asia dan mengangkat dolar AS.

Liputan6.com,Sydney - Bursa Asia dan mata uang di Asia cenderung melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Tekanan terjadi lantaran bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga dan memberi sinyal mengetatkan moneter lebih dari yang diperkirakan investor.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,7 persen. Sementara itu, indeks saham Australia tergelincir 0,6 persen, indeks saham Selandia Baru turun 0,2 persen, dan indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,5 persen. Namun, indeks saham Jepang Topix naik 0,3 persen.

Kenaikan suku bunga the Fed tersebut juga mendorong dolar AS menguat ke level tertinggi dalam 14 tahun terhadap sejumlah mata uang utama. Indeks dolar naik ke level 102,100. Dolar AS naik 1,6 persen terhadap yen menjadi 117,02. Yen melemah tersebut mengangkat bursa saham Jepang. Sedangkan terhadap euro di kisaran US$ 1,05.

Imbal hasil surat utang AS bertenor jangka pendek melonjak ke level tertinggi sejak 2009. Imbal hasil surat berharga AS bertenor dua tahun naik 10 basis poin menjadi 1,27 persen. Selain itu, wall street pun alami penurunan terbesar.

Indeks saham Dow Jones turun 0,6 persen. Sedangkan indeks saham S&P 500 tergelincir 0,81 persen dan indeks saham Nasdaq susut 0,5 persen.

The Fed akhirnya memutuskan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin menjadi 0,5 persen-0,75 persen. Hal itu sesuai perkiraan pasar. Namun investor khawatir terhadap proyek kenaikan suku bunga the Fed tahun depan diperkirakan tiga kali.

Sejumlah analis menilai the Fed juga mengubah proyeksi ekonomi. Hal itu mendorong the Fed lebih memperketat kebijakan moneter seiring inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

"Ekonomi AS telah cukup solid. Kini pemerintahan baru ingin belanja lebih besar lagi. Ini dapat mendorong kenaikan inflasi dan imbal hasil surat utang AS," ujar Norihiro Fujito, Analis Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (15/12/2016).

Di pasar komoditas, harga minyak Brent merosot 3,3 persen menjadi US$ 53,72 per barel. Sedangkan harga minyak AS turun ke level US$ 50,87. Harga emas tergelincir ke level terendah dalam 10 bulan menjadi US$ 1.142,66 per ounce.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini