Sukses

Taksi Online Menyerbu, Kinerja Express dan Blue Bird Kian Lesu

Persaingan ketat dengan transportasi berbasis online mempengaruhi kinerja perusahaan taksi yang tercatat di pasar modal Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Transportasi berbasis online, khususnya taksi online, makin marak dan berdampak kepada kinerja keuangan taksi konvensional. Hal ini terlihat dari kinerja keuangan perusahaan taksi yang sudah mencatatkan saham di pasar modal.

Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti dikutip Rabu (28/12/2016), hingga kuartal III 2016, PT Blue Bird Tbk (BIRD) atau operator taksi blue bird mencatatkan laba periode berjalan turun 42,30 persen menjadi Rp 360,86 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 625,42 miliar. Pendapatan perseroan turun tipis 9,06 persen menjadi Rp 3,64 triliun hingga kuartal III 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,03 triliun.

Beban langsung perseroan turun menjadi Rp 2,62 triliun hingga September 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,80 triliun. Laba bruto pun turun 17,43 persen menjadi Rp 1,01 triliun. Laba usaha pun merosot 33,96 persen menjadi Rp 581,98 miliar.

Kinerja perseroan tersebut merosot dipicu dari laba pelepasan aset tetap turun menjadi Rp 22,17 miliar dari periode kuartal III 2015 sebesar Rp 69,75 miliar. Perseroan juga alami penurunan pendapatan bunga menjadi Rp 5,4 miliar.

Pendapatan lain-lain turun menjadi Rp 27,02 miliar dari periode kuartal III 2015 sebesar Rp 37,85 miliar. Laba per saham dasar yang diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi 144 hingga kuartal III 2016 dari periode sama tahun sebelumnya 250.

Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 2,76 triliun pada 30 September 2016 dari periode 31 Desember 2015 sebesar Rp 2,82 triliun. Aset perseroan naik menjadi Rp 7,28 triliun. Perseroan kantongi kas sekitar Rp 337,99 miliar.

Kinerja keuangan PT Blue Bird Tbk lebih baik ketimbang PT Express Transindo Tbk (TAXI). PT Express Transindo Utama Tbk harus mencatatkan rugi hingga kuartal III 2016. Perseroan alami rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 81,80 miliar hingga kuartal III 2016 dari periode sama sebelumnya untung Rp 11,07 miliar.

Pendapatan perseroan turun 28,94 persen menjadi Rp 512,57 miliar hingga kuartal III 2016. Beban langsung perseroan turun menjadi Rp 395,80 miliar. Laba bruto pun turun 50 persen menjadi Rp 116,77 miliar. Laba usaha merosot 71,35 persen menjadi Rp 46,29 miliar hingga kuartal III 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 161,63 miliar.

Perseroan alami rugi pendapatan lain-lain sekitar Rp 1,58 miliar dari sebelumnya untung Rp 2,76 miliar. Perseroan juga alami rugi selisih kurs Rp 1,66 juta dari sebelumnya untung Rp 1,39 juta. Laba per saham alami rugi Rp 38,16 hingga kuartal III 2016.

Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 1,87 triliun pada 30 September 2016 dari periode 31 Desember 2015 Rp 1,96 triliun. Namun, perseroan memiliki utang obligasi mencapai Rp 992 miliar. Aset perseroan mencapai Rp 2,71 triliun. PT Express Transindo Utama Tbk kantongi kas Rp 14,78 miliar pada 30 September 2016.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kinerja Saham Perusahaan Taksi

Penurunan kinerja keuangan perusahaan taksi juga terlihat dari pergerakan saham sepanjang 2016. Tercatat saham PT Blue Bird Tbk turun 59,86 persen menjadi Rp 4.250 per saham pada penutupan perdagangan Selasa 27 Desember 2016. Hal ini terbalik dengan kinerja saham PT Express Transindo Utama Tbk. Saham PT Express Transindo Utama Tbk naik 3,6 persen ke level Rp 172 per saham.

Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, persaingan transportasi berbasis online dengan transportasi konvensional sangat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan transportasi, terutama taksi. Apalagi masing-masing perusahaan transportasi berbasis online itu juga mengeluarkan taksi online selain ojek. Dampaknya, menurut Aditya, terlihat dari kinerja saham dan keuangan PT Express Transindo Utama sejak semester II 2015. Apalagi rasio utang perseroan terhadap modal juga sudah mencapai 1,83 kali.

"Melihat kinerja keuangan tiap kuartal ada penurunan pendapatan untuk Express Transindo. Di sisi lain utang terus bertambah. Pada 2016, operating expense dan COGS (cost of goods sold) meningkat, sedangkan pendapatan turun sehingga membuat Express Transindo harus catatkan rugi (kuartal III 2016)," ujar Aditya.

Lebih lanjut ia menambahkan, kondisi kinerja keuangan PT Blue Bird Tbk hingga kuartal III 2016 lebih baik ketimbang PT Express Transindo Utama Tbk. Meski demikian, Aditya melihat kinerja keuangan Blue Bird juga pertumbuhannya cenderung mendatar dari sisi pendapatan.

Dengan melihat kondisi tersebut, Aditya merekomendasikan untuk menjauhi saham PT Blue Bird Tbk dan PT Express Transindo Tbk mengingat laporan keuangan kurang baik. Ia menyarankan pelaku pasar melihat dulu perbaikan kinerja keuangan hingga semester I 2017 seiring adanya sejumlah langkah yang dilakukan perusahaan taksi untuk menghadapi transportasi berbasis online.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.