Sukses

Sistem Pemantau Udara RI Lebih Canggih dari Australia

Sistem pemantauan udara yang ada di Indonesia saat ini sudah sesuai dengan standar penerbangan internasional.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia patut berbangga dengan kemajuan teknologi yang diterapkan di negara ini, terutama dalam dunia penerbangan. Sebab kini Indonesia mampu memiliki sistem pemantauan udara yang canggih.

Air Traffic Control System (ATCS) Top Sky merupakan sistem pamantauan udara yang dioperasikan Airnav Indonesia mulai awal 2016. Ternyata sistem ini lebih canggih dari yang dimiliki negara maju seperti Australia.

"‎ATSC yang kita pasang di Makassar itu lebih canggih daripada yang dimiliki Australia untuk panduan lalu lintas penerbangan," kata Direktur Operasi Airnav Indonesia Wisnu Darjono saat berbincang dengan wartawan seperti ditulis, Jumat (30/12/2016).

Menurut Wisnu, sistem pemantauan udara yang ada di Indonesia saat ini sudah sesuai dengan standar internasional. Karena untuk keselamatan penerbangan selalu diaudit International Civil Aviation Organisation (ICAO) dan FAA.

Dengan berbagai teknologi yang sudah diterapkan oleh Airnav Indonesia tersebut terbukti kategori keselamatan penerbangan Indonesia naik ke kategori 1 dari sebelumnya masuk di kategori 2.

"Ke depan kita coba terus menjaga dan memastikan hal itu, makanya kita terus upgrade teknologi kita," dia menegaskan.

Seperti diketahui, Menteri Perhubungan kala itu Ignasius Jonan meresmikan Air Traffic Control System (ATCS) Top Sky di kantor cabang Makassar Air Traffic Service Center, Kawasan Bandara Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan.

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar merupakan bandara pertama yang memakai alat canggih ini di Indonesia. Jonan mengatakan Bandara Hasanuddin dipilih pertama karena wilayah udaranya merupakan yang terluas di Indoneaia dibanding Jakarta.

"Makassar pakai Sistem Top Sky yang pertama karena Makassar ruang udaranya lebih luas sekitar 60 persen," kata Jonan.

Lanjut Jonan, Sistem Top Sky memiliki keunggulan dari sistem yang dipakai Bandara Sultan Hasanuddin sebelumnya yaitu sistem Eurocat-X.

"Sistem ini lebih canggih karena otomasi data penerbangan biasanya harus pakai konverter lalu pindah ke monitoring radar, lalu harus dihitung lagi, sekarang tidak perlu lagi karena sistemnya bisa menghitung sendiri," ungkap dia.(Yas/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.