Sukses

Simak Prediksi Harga Minyak Mentah Dunia di Tahun Ini

Sepanjang 2016, harga minyak berfluktuasi.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia kini mulai terlihat stabil, usai lebih dari dua tahun anjlok ke posisi terendah dalam satu dekade akibat membanjirnya pasokan di pasar.

Lalu bagaimana dengan kondisi harga minyak di tahun ini?

Analis dan eksekutif industri melihat penawaran dan permintaan minyak akan lebih seimbang pada tahun ini.  Namun masih terdapat rintangan untuk membuat harga minyak naik lebih tinggi.

Melansir laman Wall Street Journal, Senin (2/1/2017), kesepakatan negara anggota Organisasi Pengekspor Minyak (POEC) dan non OPEC untuk memotong output minyak sebesar 2 persen dari produksi global pada 2017 diperkirakan akan mendorong harga mendekati posisi US$ 60 per barel. Ini merupakan posisi harga yang sudah tak terlihat sejak musim panas 2015.

Pengamat pasar memperkirakan harga minyak akan tetap stabil. Meski berkaca dari pengalaman sebelumnya, anggota OPEC kerap tidak konsisten untuk mengikuti perjanjian pembatasan output.

Analis mengatakan, harga minyak yang lebih tinggi juga dapat mendorong pengeboran AS akan meningkat. Sementara perlambatan permintaan global minyak mentah bisa mengekang laju harga.

Pada hari Jumat, minyak mentah West Texas ditutup pada posisi US$ 53,72, naik 45,03 persen untuk tahun ini. Ini merupakan kinerja terbaik komoditas ini sejak 2009.

"Kondisi pasti telah berubah lebih bullish, orang lebih yakin bahwa OPEC akan melakukan cukup langkah untuk menyeimbangkan pasar pada semester pertama 2017," kata Adam Ritchie, Direktur Perusahaan Konsultan Petro-Logistics SA.

Itu akan menjadi hal yang baik bagi industri yang selama ini telah tertekan rendahnya harga minyak dunia. Turunnya harga minyak telah menghilangkan ratusan ribu pekerjaan, tekanan terhadap anggaran produsen dan menyebabkan penundaan atau pembatalan puluhan proyek bernilai miliaran dolar.

Ritchie menambahkan membanjirnya stok minyak, yang ia prediksi sekitar 1 miliar barel di seluruh dunia, akan memakan waktu lama untuk mengalami pengurangan.

"Saya tidak berpikir orang telah sepenuhnya memahami skala kelebihan persediaan ini, sehingga ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan perlu dikoreksi secara dramatis dan untuk jangka waktu yang sangat lama," katanya.

Sebuah survei WSJ terhadap 14 bank investasi memprediksikan bahwa harga minyak mentah Brent, yang merupakan patokan internasional akan berada di rata-rata US$ 56 per barel pada 2017.

Sementara mereka berharap West Texas Intermediate, patokan minyak AS, akan berada rata-rata di level US$ 54 per barel pada tahun ini.

Sepanjang 2016, harga minyak berfluktuasi. Harga minyak Brent sempat jatuh ke posisi terendah di bawah US$ 28 per barel pada Januari lalu dan berjuang untuk menembus level US$ 50 sampai kesepakatan OPEC mendorong harga lebih tinggi.

Adapun salah satu tantangan terbesar bagi harga minyak pada 2017 tentang apakah negara-negara OPEC dan non OPEC akan benar-benar memenuhi kesepakatan itu.

Anggota OPEC dan pemasok termasuk Rusia membuat kesepakatan pada awal Desember untuk memotong sekitar 1,8 juta barel per hari dari awal minyak mentah pada bulan Januari.

OPEC memiliki catatan buruk perihal memenuhi perjanjian. Dalam 17 pengurangan produksi sejak tahun 1982, anggota OPEC hanya mengurangi output dengan rata-rata sebesar 60 persen dari komitmen mereka, menurut Goldman Sachs.

"Sampai Anda mulai melihat volume keluar dari pasar, saya tidak tahu bahwa ini dapat dikatakan sesuatu di luar sentimen," kata Saad Rahim, Kepala Ekonom Trafigura Group Pte Ltd.

Sementara Citigroup memperkirakan bahwa jika harga minyak akan naik menuju posisi US$ 60 per barel tahun depan. Kemudian produksi AS akan meningkat menjadi 9,2 juta barel per hari pada Desember dan lebih dari 10 juta pada akhir tahun 2018. (Nrm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.