Sukses

Meski Produksi Lokal Besar, Orang RI Lebih Doyan Teh Impor

Teh merupakan komoditas andalan ekspor Indonesia di pasar dunia selama puluhan tahun

Liputan6.com, Jakarta Teh merupakan komoditas andalan ekspor Indonesia di pasar dunia selama puluhan tahun. Faktanya, banyak negara lain mengimpor teh dari Indonesia, namun warga Indonesia sendiri malah lebih senang mengonsumsi teh impor.

Direktur Utama PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), Iriana Ekasari mengungkapkan kondisi teh Indonesia yang tidak mendapat perhatian khusus di negeri sendiri, terutama gaya hidup masyarakat saat ini yang lebih senang minum teh impor.

"Teh impor mulai dibeli masyarakat Indonesia, tapi teh produksi dalam negeri justru tidak diapresiasi pasar sini, apresiasinya kurang," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (4/1/2016).

Jika tahu prosesnya, diakui Iriana, teh impor yang dikonsumsi masyarakat Indonesia, ada sebagian tehnya berasal dari teh lokal. "Jadi kita ekspor teh kualitas terbaik ke negara lain, tapi dicampur teh kita dengan teh mereka, kemudian dikasih brand, dan dibalikin atau reekspor ke sini lagi. Jadi teh impor yang orang kita minum, ada teh kita juga," jelasnya.

Lebih jauh Iriana memperkirakan, pasar teh di dalam negeri mulai jenuh di 2017. Dia menambahkan, pertumbuhan konsumsi teh hanya 2 persen per tahun.
"Itu karena serangan dari jenis minuman lain, seperti minuman ringan, isotonic, mineral water, teh kemasan, sementara konsumsi teh bubuk sudah jenuh," terang dia.

Sementara itu, Direktur Operasional KPBN Ery Erwin Efendi menambahkan, selain pengekspor, Indonesia pun mengimpor teh dari Vietnam. "Kita impor teh dari Vietnam karena harganya murah. Harga murah karena tenaga kerja mereka rendah, tapi soal kualitas kita tidak kalah dengan mereka," jelasnya.

Lantas, ke mana hasil teh dalam negeri?

Ery lebih lanjut mengatakan, teh dari hasil produksi PTPN yang diperdagangkan KPBN akan kembali dilelang apabila tidak laku dipasarkan. Hal ini diperbolehkan karena produk teh tersebut mempunyai kadaluarsa selama 2 tahun.

"Kalau tidak laku kita repaint, masukkan katalog untuk dilelang lagi tahun depan atau ditawarkan secara business to business (B to B). Kan masa kadaluarsa 2 tahun," terangnya.

Dia menyebut, dari total produksi teh PTPN yang diperdagangkan melalui KPBN, sebanyak 95 persen terserap alias terjual di pasaran pada tahun lalu. "Nah 5 persen sisanya bisa dilelang lagi tahun ini. Kita optimistis di 2017 bisa terjual sampai 90 persen lebih," harap Ery.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini