Sukses

Menteri Jonan Ajak Pertamina dan PLN Belajar Listrik Murah ke UEA

Selain ‎menghadiri forum EBT Internasional, Jonan beserta rombongan akan mengunjungi PLTS di UEA.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akan bertandang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), untuk mempelajari industri listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT), terutama untuk listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pengembangan PLTS ini diperlukan untuk menciptakan energi yang murah bagi masyarakat.

Kepala‎ Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, Kementerian ESDM diantaranya Menteri ESDM Ignasius Jonan, bersama perusahaan energi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) akan menghadiri International Reneuble Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi, UEA.

Selain ‎menghadiri forum EBT Internasional, Jonan beserta rombongan akan mengunjungi PLTS di negara tersebut. Kunjungan tersebut untuk mempelajari mengenai harga listrik dari PLTS. "Terus ke PLTS yang murah, mempelajari mekanisme harganya," ungkap Sujatmiko di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/1/2017).

Rencananya, rombongan tersebut akan memulai perjalanannya pada akhir pekan ini sampai pekan depan.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian ESDM untuk menekan harga listrik dari pembangkit listrik yang bersumber dari EBT agar tidak jauh lebih mahal dari negara tetangga.

Listrik merupakan salah satu sumber untuk pembangunan yang juga menentukan daya saing industri. Dengan adanya harga listrik yang murah, maka bisa berujung pada pengurangan biaya produksi.

Jokowi menegaskan, jangan sampai harga listrik di Indonesia lebih mahal dengan negara lain, khususnya dengan negara tetangga.‎

Dia menyebutkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ‎di Indonesia sebesar US$ 7 sen per Kilo Watt hour (kWh), sedangkan di Sarawak, Malaysia, harganya hanya US$ 2 sen per kWh.

Selain itu, harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Uni Emirat Arab US$ 2,9 sen per kWh, sedangkan di Indonesia mencapai US$ 14 sen per kWh.

Jokowi pun menyayangkan kondisi harga listrik dari pembangkit berbasis EBT di Indonesia‎ masih jauh lebih mahal ketimbang negara lain. Padahal, ujarnya, Indonesia memiliki banyak sumber EBT. Jika harga listrik tersebut bisa turun, maka akan meningkatkan daya saing Indonesia.

"Padahal air kita melimpah, sungai melimpah, ada Mahakam, Musi, Bengawan Solo. Kalau di situ dibangun bisa US$ 2 sen, di situ daya saing Indonesia bisa loncat naik," ucap Jokowi. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini