Sukses

Faktor Ini Jadi Penyebab Banyaknya Perceraian

Ekonom Faisal Basri menuturkan, kebutuhan hidup tinggi, dan tak dapat dipenuhi oleh suami sehingga dorong istri bekerja.

Liputan6.com, Jakarta - Di era seperti saat ini, dunia kerja bukan lagi hanya menjadi milik kaum pria, tetapi juga kaum wanita. Namun ada dampak negatif dari hal tersebut, yaitu meningkatnya jumlah perceraian.

‎Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan fakta di lapangan saat ini memang banyak kaum hawa yang memilih menjadi wanita karier ketimbang ibu rumah tangga. Namun hal tersebut lebih banyak didorong oleh keterpaksaan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

"Perempuan Indonesia partisipasi kerjanya tinggi. Bukan karena emansipasi, namun karena keterpaksaan suami yang tak sanggup penuhi kebutuhan hidup," ujar dia di Jakarta, Senin (23/1/2017).

Faisal menuturkan, bahkan banyak wanita jam kerjanya hampir menyamai pria. Lebih dari 49 jam dalam seminggu. Akan tetapi sayangnya hal tersebut belum sejalan dengan peningkatan kesejahteraan kaum hawa di Indonesia.

"Wanita 21 persen yang kerja lebih dari 49 jam. Kalau laki-laki, 28 persen. Kita nomor tiga terbesar di Asia. Tapi beda sama Hongkong dan Korea yang bekerja, uang tambah banyak. Di Indonesia karena tekanan," lanjut dia.

Dampak lain dari banyaknya kaum wanita yang bekerja yaitu meningkatnya jumlah perceraian yang meningkat. Hal tersebut lanjut Faisal, dapat dilihat dari jumlah kasus perceraian yang meningkat khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta.

"Ada yang bilang ke istri, cari kerja juga. Kita topang keluarga dulu. Tapi, kualitas dari keluarga itu sendiri turun. Perceraian naik. Di Jakarta, perceraian naik 70 persen. Ini realitas," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.