Sukses

RI Versus Malaysia, Mana yang Paling Terancam Kebijakan Trump?

Bank Indonesia (BI) memperkirakan Indonesia tidak akan terkena dampak yang besar dari kebijakan proteksi perdagangan Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan Indonesia tidak akan terkena dampak yang besar dari kebijakan proteksi perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump. Akan tetapi, dampak tersebut akan justru akan dirasakan oleh Singapura dan Malaysia.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, secara umum, hubungan dagang Indonesia dengan AS tidak akan terganggu dengan kebijakan Trump. Ini karena proteksi perdagangan yang diterapkan Trump diarahkan ke Tiongkok.

"Ya tadi saya sampaikan bahwa dampak langsung kebijakan Trump terhadap perdagangan Indonesia tidak terlalu besar, tetapi lewat Tiongkok. Lewat dampak tidak langsung," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Rabu (1/2/2017).

Selain itu, meski Indonesia dan Tiongkok juga memiliki hubungan dagang yang besar, namun beruntungnya komoditas yang diekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu tersebut bukan komoditas yang diekspor kembali ke AS oleh Tiongkok.

"Dan kalau lihat dampak lewat Tiongkok pun sebenarnya tidak sebesar negara lain, karena ekspor kita ke Tiongkok yang kemudian di reekspor ke AS itu tidak terlalu besar," kata dia.

Menurut dia, komoditas yang diekspor Indonesia tersebut lebih banyak digunakan Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri.

"Ekspor kita ke Tiongkok itu lebih banyak digunakan untuk di Tiongkok sendiri, karena kan lebih banyak komoditas kan, lebih banyak digunakan untuk di Tiongkok. Karena kita tidak masuk di dalam supply chain Tiongkok. Misalnya pembuatan Apple ataupun produk-produk elektronik lain. Kita tuh tidak masuk di dalam global value chain Tiongkok," jelas dia.

Namun hal berbeda akan dialami oleh Singapura dan Malaysia. Menurut Juda kedua negara tersebut akan mengalami dampak yang besar akibat kebijakan Donald Trump terhadap Tiongkok.

"Sementara negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan sebagainya. Mereka banyak memproduksi barang antara yang kemudian barang jadinya di ekspor ke AS. Jadi kalau ada dampaknya (terhadap Indonesia) masih relatif minimal," tandas dia. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini