Sukses

Menko Darmin: Perlu Program untuk Antisipasi Kenaikan Harga Cabai

Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai, kenaikan harga cabai rawit merah tidak terlalu berdampak ke pengeluaran.

Liputan6.com, Jakarta - Musim hujan sekarang ini membuat harga cabai rawit merah di pasar tidak juga beranjak turun. Komoditas pangan strategis itu dijual seharga Rp 150 ribu per Kilogram (Kg).

Pemerintah telah berusaha untuk menekan harga cabai rawit merah namun, cuaca menjadi faktor penyebab utama. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, harga cabai yang mahal karena faktor musim.

"Memang urusan musim, jadi tidak berkembang tanamannya. Dulu  bukan cabai rawit merah yang naik, tapi sekarang berubah," ujar Darmin saat ditemui di kantornya usai rapat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) soal rumah MBR, Jakarta, Senin (13/2/2017).

Ia menuturkan, kenaikan harga cabai rawit merah sudah berlangsung selama sebulan lebih, namun dampaknya tidak banyak karena masih ada komoditas cabai lain, antara lain cabai rawit hijau, cabai keriting merah, cabai merah dan hijau besar.

"Cabai rawit merah orang perlunya berapa sih. Dampak ke pengeluaran tidak banyak, orang tidak makan cabai rawit pun tidak apa, asal cabai (keriting) merah ada," tutur dia.

Pemerintah justru tidak bisa berbuat banyak untuk mengendalikan harga cabai rawit merah dalam jangka pendek.

"Yang bisa dilakukan mencari daerah-daerah yang surplus cabai rawit merah, kemudian membawanya ke
daerah yang defisit. Tapi itupun lebih banyak informasi saja, yang melakukan itu (mencari daerah surplus cabai) pedagang, bukan pemerintah biasanya," jelas Darmin.

Pemerintah pun belum mengeluarkan opsi untuk impor cabai, mengingat karakter masyarakat Indonesia yang lebih senang dengan cabai segar lokal karena rasanya yang pedas. "Tidak tahu ya masyarakat kita. Rasanya beda (impor). Harusnya dari awal, kita mulai membiasakan masyarakat konsumsi cabai jangan yang segar mulu lah," dia menerangkan.

Dia meyakini, masyarakat akan mulai menanam cabai ketika harganya melambung tinggi. "Tapi nanti juga masyarakat nanam cabai begitu harganya tinggi. Kemudian 1,5 bulan, keluar hasilnya," ujar dia.

Darmin menyebut, fluktuasi atau gejolak harga cabai bukan saja dialami Indonesia, tapi juga negara lain. Dirinya justru mengatakan, pemerintah harus memiliki strategi supaya bisa mengantisipasi kenaikan tinggi harga cabai ke depannya.

"Di negara lain, fluktuasi harga cabai tinggi. Makanya pemerintah harus punya program membuat prosesing yang mudah. Dikeringkan, lalu dicelupkan ke air panas, balik dia jadi cabai segar walaupun tidak persis sama seperti cabai segar dan rasanya tidak beda banyak," kata Darmin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.