Sukses

3 Cara Cerdas Pakai Uang Elektronik

Mungkin beberapa tahun terakhir ini Anda sudah pernah dengar tentang istilah e-Money. Tapi oke saya jelaskan.

Liputan6.com, Jakarta - Saya suka kepraktisan. Kalau sedang pergi-pergi santai, saya sering cuma bawa satu handphone, dompet, plus - kadang - satu powerbank.

Bicara dompet, tebal tipisnya dompet saya kadang bergantung pada apa saja yang ada di dalamnya. Enaknya dompet saya adalah tidak ada kantong buat koin. Jadi hanya kantong buat uang kertas. Cuma kadang yang bikin tebal itu ya struk-struk ATM yang sebenarnya nggak penting. Selain struk, yang juga bikin tebal itu ya kartu.

Kartu ATM, kartu kredit, dan kartu member yang beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai kartudiskon. Selain itu, ada juga kartu uang elektronik atau e-Money.

e-Money?

Mungkin beberapa tahun terakhir ini Anda sudah pernah dengar tentang istilah e-Money. Tapi oke saya jelaskan.

Katakan Anda pengguna jalan tol. Dengan jumlah pertumbuhan mobil yang sangat banyak, bisa ditebak kalau jalan tol kita makin padat. Kepadatan ini terasa sekali pas kita bayar tarif tol di gerbang tol dengan uang tunai. Ngantre panjang semuanya.

Tapi beberapa tahun terakhir, ada GTO alias Gerbang Tol Otomatis, di mana Anda bisa melewati gerbang itu dengan cukup men-tap sebuah kartu tertentu ke mesin, dan wusss… Anda lewat.

Nah, karena jumlah yang punya kartu itu jauh lebih sedikit dibanding dengan yang bayar tunai, maka jarang sekali saya melihat GTO itu ngantri panjang. Lebih efisien jadinya karena Anda bisa terhindar dari antrean panjang di gerbang tol lain yang berbayar tunai.

Selain untuk bayar tol, beberapa kartu seperti ini juga bisa digunakan untuk bayar tarif bus, ongkos parkir di banyak tempat parkir, dan dipakai belanja di toko-toko tertentu yang memang menerima kartu itu. Nah, kartu seperti ini disebut kartu e-Money.

Bahasa Indonesianya adalah uang elektronik. Prinsipnya di sini adalah bahwa Anda mengganti uang tunai Anda dengan uang elektronik berbentuk kartu.

Bagaimana cara kerjanya?

Anda bisa datang ke bank yang menjual kartu e-Money, membeli kartu itu dengan harga yang sangat terjangkau, lalu ‘mengisinya’ dengan jumlah saldo tertentu, katakan Rp 500 ribu.

Nanti setiap kali Anda lewat gerbang tol, Anda bisa masuk ke GTO, kemudian Anda tap kartu Anda di sebuah mesin khusus, dan saldo Anda di kartu akan berkurang sesuai tarif gerbang tol yang Anda lewati.

Lewat GTO lagi? Maka sisa saldo Anda akan dipotong lagi. Begitu seterusnya. Praktis. Tidak perlu uang tunai. Oke, Anda sering ke mal? Kadang di mal ada foodcourt yang mengharuskan Anda untuk menukar sejumlah uang terlebih dulu dengan sebuah kartu.

Lalu tiap Anda membeli menu makanan di berbagai konter makanan apapun, Anda cukup men-tap kartu itu. Praktis. Tidak perlu uang tunai. Kalau saldonya habis bagaimana? Ya isi ulang. Begitu cara kerjanya.

Ada dua penerbit e-Money: bisa Bank, bisa juga merchant alias toko.

Kalau kartu itu diterbitkan bank, maka biasanya Anda bisa pakai kartu itu di merchant-merchant yang cukup banyak jumlahnya. Ini karena bank biasanya akan mengajak banyak merchant untuk bisa menerima kartu itu. Beberapa contoh merek e-Money yang diterbitkan bank adalah Flazz BCA, Mandiri e-Money, BNI Tap Cash, BRI Brizzi, BTN BLink, dan MegaCash.

Khusus yang terakhir itu adalah e-Money dari Bank Mega yang bisa Anda gunakan bertransaksi di wahana-wahana Trans Studio dan konter-konter foodcourt mereka di Trans Mal Bandung dan Makassar.

Nah, penerbit e-Money kedua adalah merchant atau toko. Jadi biasanya kartu e-Money seperti ini hanya bisa digunakan untuk membeli produk-produk yang dijual oleh merchant itu saja, dan biasanya penjualan e-Money itu langsung dilakukan di tempat si merchant. Lah, kenapa juga merchant punya e-Money sendiri? Biasanya sih untuk branding.

Mereka ingin di dompet Anda ada kartu yang bertuliskan brand mereka. Tujuan lain, agar mereka bisa punya database customer. Coba lihat, biasanya untuk punya kartu e-Money dari merchant, Anda harus melakukan registrasi dengan menulis data lengkap Anda baik langsung saat membeli atau boleh menyusul di mana Anda melakukan registrasi di internet.

Beda dengan kalau Anda beli e-Money dari bank, jarang sekali Anda harus registrasi. Beli ya beli saja. Sekarang, apa bedanya kartu e-Money dengan kartu debit, kan sama-sama potong uang dari saldo? Bedanya, pada kartu debit, Anda harus punya rekening dulu di bank, sementara pada e-Money, Anda tidak perlu punya rekening di bank.

Perbedaan kedua, pada kartu debit, nilai uang yang dipotong adalah dari saldo Anda di rekening bank, sementara pada e-Money, yang dipotong adalah saldo Anda yang tercatat di chip kartu, dan pada gilirannya nanti si merchant (pihak yang menerima pembayaran Anda) akan menagihnya ke bank agar dibayar oleh si bank.

Itu kalau memang kartu itu diterbitkan oleh bank. Kalau kartu itu diterbitkan langsung oleh si merchant seperti Starbucks Card misalnya, maka saldo yang berkurang adalah saldo yang ada di kartu sekaligus saldo di catatan si merchant.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tips memiliki e-Money



Nah, ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan sebelum memiliki e-Money:

1. Punya yang Perlu saja

Lihat dulu apakah Anda sering datang dan melakukan transaksi di toko/merchant tertentu secara berulang-ulang dan melakukan transaksi di situ. Kalau ya, Anda perlu punya e-Money-nya supaya enggak perlu ngantre panjang di gerbang tol karena Anda bisa lewat GTO yang dikhususkan untuk Anda.

Tapi kalau Anda jarang lewat jalan tol, mungkin ya enggak perlu punya. Jadi miliki yang Anda memang perlu saja. Pemilikan e-Money yang tidak perlu cuma bikin penuh dompet, padahal kartu-kartu Anda di dompet sudah cukup banyak.

2. Tahu Kelebihan-Kekurangannya

Kalau Anda sudah memutuskan untuk punya e-Money tertentu karena Anda sering belanja di satu merchant, maka perhatikan bahwa kadang di merchant yang sama Anda bisa berbelanja dengan menggunakan e-Money dari merchant mereka sendiri atau kadang dari bank tertentu yang bekerja sama dengan merchant mereka.

Jadi ada merchant yang selain kerjasama dengan bank, dia juga menerbitkan sendiri kartu e-Money dengan manfaat yang kurang lebih hampir sama. Contoh, beberapa merchant ada yang menerima Flazz BCA, tetapi dia juga mengeluarkan kartu e-Money sendiri secara terpisah. Pilih mana? Mari kita lihat kelebihan-kekurangannya.

Pada e-Money yang diterbitkan bank. merchant yang menerima jauh lebih banyak, sementara e-Money yang diterbitkan satu merchant saja ya penerimanya biasanya hanya si merchant itu saja.

Tapi dalam soal desain kartu, e-Money dari merchant umumnya punya desain grafis yang jauh lebih bagus daripada kartu yang diterbitkan bank. Nggak semua sih, tapi seringkali begitu.

Bisa dimengerti, ini karena si merchant punya kepentingan untuk mempromosikan merek mereka, jadi ya penampilan kartunya harus bagus. Kalau Anda fanatik pada merek tertentu, mungkin ada rasa bangga bisa menaruh e-Money dari merchant itu di dompet Anda.

Beberapa orang ada kok yang punya Starbucks Card dan bangga menaruhnya di dompet. Jadi, kalau Anda sering ke satu merchant dan ada dua pilihan e-Money maka pilih e-Money yang diterbitkan merchant hanya kalau e-Money itu memberikan nilai lebih, misalnya akumulasi poin yang bisa dibelanjakan lagi, atau Anda memang fanatik pada mereknya, atau Anda memang senang koleksi e-Money yang desain kartunya bagus.

Kalau dari tiga hal itu tidak masuk kriteria Anda, maka pilih e-Money yang diterbitkan bank yang memang bekerjasama dengan merchant itu.

3 dari 3 halaman

Rawat Baik-baik

3. Rawat Baik-baik

Karena tidak ada nama yang tertera di kartu e-Money Anda, jangan pernah kehilangan kartu itu. Kalau e-Money saya jatuh di jalan, orang lain yang menemukannya bisa memakainya dengan bebas. Kehilangan e-Money (yang masih ada saldonya) sama seperti kehilangan uang di dompet, karena memakai e-Money tidak perlu pin atau tanda tangan, cukup tap.

Untuk membantu menjaga keamanan dari penyalahgunaan e-Money, maka Bank Indonesia menetapkan peraturan bahwa saldo maksimal dari e-Money yang teregistrasi (di mana Anda melakukan registrasi ketika membeli e-Money) yang dibolehkan adalah Rp 10 juta.

Contoh e-Money yang teregistrasi adalah e-Money yang dikeluarkan oleh merchant. Jadi merchant yang bersangkutan bebas menentukan batas maksimal saldonya, tapi oleh Bank Indonesia, maksimal saldo itu tidak boleh lebih dari  Rp 10 juta.

Sementara kalau e-Money tersebut tidak teregistrasi (di mana Anda tidak melakukan registrasi ketika membeli e-Money) maka saldo maksimal yang dibolehkan oleh Bank Indonesia adalah Rp 1 juta. Selain itu - ini juga penting - begitu saldonya habis, segera isi ulang.

Banyak orang punya e-Money, tapi setelah beberapa lama mereka tidak bisa lagi menikmati fasilitas-fasilitasnya hanya karena saldonya hanis dan tidak mengisinya lagi. Sayang kan? Jadi, jangan lupa untuk tetap mengisi kembali kartu e-Money Anda setiap kali saldonya habis supaya Anda tetap bisa menikmati fasilitas dan keuntungannya.

Itu saja kali ini. Selamat memakai e-Money!

 

Safir Senduk & Rekan
Telepon: (021) 2783-0610
HP: 0818-770-500 (Dala Rizfie-Manajer)
Twitter/Instagram: @SafirSenduk

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.