Sukses

Saham Farmasi dan Keuangan Tekan Wall Street

Saham sektor farmasi di Wall Street tertekan setelah Presiden AS Donald Trump menuliskan dakan twitter akan menghapus Obamacare.

Liputan6.com, New York - Wall Street bergerak melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut karena penurunan saham-saham sektor farmasi dan keuangan.

Mengutip Reuters, Rabu (8/3/2017), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 29,58 poin atau 00,14 persen ke 20.924,76. Indeks S&P 500 kehilangan kekuatan 6,92 poin atau 00,29 persen menuju 2.368,39. Sedangkan Nasdaq Composite jatuh 15,25 poin atau 00,26 persen ke angka 5.833,93.

Saham-saham di sektor farmasi di Wall Street tertekan setelah Presiden AS Donald Trump dalam akun twitter menyatakan akan menggunakan sistem baru untuk menekan harga obat di masyarakat. Namun Trump belum memberikan rincian bagaimana ia akan menekan harga obat tersebut.

Selain itu, Trump juga berencana untuk mencabut tunjangan kesehatan yang telah dibuat oleh presiden sebelumnya Barack Obama atau sering disebut dengan Obamacare. Namun, rencana pencabutan tersebut belum final dan masih terbuka untuk dinegosiasikan.

Dengan dua sentimen tersebut, indeks saham sektor kesehatan dalam S&P 500 langsung merosot 0,7 persen. Sementara indeks sektor farmasi di The New York Stock Exchange (NYSE) turun 0,9 persen atau ke posisi terburuk sejak 24 Januari.

"Kami melihat bahwa meskipun belum dijelaskan secara rinci, komentar dari Trump tersebut langsung memberikan sentimen negatif ke indeks dan itu akan terus terjadi jika tak ada kejelasan selanjutnya," tutur Managing Director of Trading and Derivatives Charles Schwab, Austin, Texas, AS, Randy Frederick.

Sedangkan penekan Wall Street lainnya adalah pelemahan saham-saham di sektor keuangan. Saham sektor keuangan mengalami tekanan karena kinerja keuangan yang buruk dari Well Fargo dan JP Morgan. Padahal saham sektor ini sejak awal tahun selalu menghijau didorong oleh rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed).

Investor sedang mengambil ancang-ancang dengan rencana kenaikan suku bunga di pekan depan. Beberapa pejabat the Fed termasuk Gubernur Janet Yellen telah memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 14-15 maret mendatang. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.