Sukses

Mengecap Legitnya Bisnis Pesan Antar

Meski minim modal, usaha Pesan Antar besar risiko. Di awal merintis, Jos sering menerima pesanan bodong.

Liputan6.com, Bangkalan - Dulunya Agus Josiansdi, 30 tahun, seorang wartawan. Karir jurnalistiknya dimulai pada 2013, saat bergabung dengan Harian Kabar Madura, koran lokal ini baru terbit saat itu. Jos, sapaan akrab Agus Josiandi, tak betah. Ia memutuskan hengkang setelah 1,5 tahun bekerja di koran milik mantan Anggota DPR RI Achsanul Qosasi tersebut.

Bermodal nekat karena sama sekali tak punya ilmu pengetahuan, Jos kemudian mencoba peruntungan jadi stringer salah satu TV nasional, sembari nyambi jadi kontributor salah satu media online nasional setahun kemudian. Jos dibayar per berita yang tayang.

Medio 2016 lalu, tepatnya bulan Agustus, Jos membuat keputusan berani dalam salah satu episode hidupnya yaitu meninggalkan dunia jurnalistik sepenuhnya. Dia lalu merintis usaha baru di bidang jasa berbasis online bernama Pesan Antar.

"Sebenarnya berat meninggalkan dunia jurnalis, tapi penghasilan sebagai kontributor tak bisa menjamin hidup, saya putuskan berhenti," kata Jos seperti ditulis, Sabtu (11/3/2017).

Bisnis online sejatinya bukan barang baru bagi Jos. Saat masih jadi wartawan, bersama istrinya Atik Emilia, mereka bahu membahu berjualan jamu ramuan Madura secara online. Promosi lewat facebook dan instangram. Modal Jos hanya promosi, bila ada yang order, dia akan kulakan jamu ke home industri jamu di Kota Bangkalan, Jawa Timur.

Meski bisnis jamu berjalan, namun Jos merasa penghasilannya tak dapat diandalkan untuk menopang kebutuhan keluarga dengan dua anak. Dia butuh bisnis yang pernghasilannya harian, setiap hari ada pemasukan.

Munculnya ojek online dan online shop macam Gojek dan Tokopedia, menginspirasi Jos membuat bisnis jasa gabungan dari Gojek dan Tokopedia. Jos membranding bisnisnya dengan nama 'Pesan Antar'.

Sesuai namanya usaha ini hanya mengandalkan order dari pelanggan. Khususnya order makanan siap saji seperti bakso, nasi bungkus, sate hingga aneka jajan dan kue. Dia menyasar orang-orang yang sibuk sebagai pelanggan. Jadi tak perlu repot, tinggal pesan, Jos dan kurirnya akan membelikan yang mereka butuhkan.

Pelanggan dikenai tarif dasar Rp 5 ribu per bungkus. Bila lebih dari satu bungkus, misalnya tiga bungkus, maka bungkus berikutnya dikenai biaya seribu per bungkus. "Kalau pesan tiga bungkus bakso maka ongkos kirimnya Rp 7 ribu, bungkus pertama lima ribu, bungkus berikutnya seribu," kata Agus Josiandi.

Saat memulai usaha ini, Jos nyaris tak punya modal, modal utamanya adalah jaringan khususnya di media sosial. Berbagai fasilitas penunjang bisnisnya seperti telepon android dilengkapi seiring berjalannya usaha. Berbagai fasilitas pendukung dibeli langsung dari hasil menyisihkan pendapatan setiap harinya.

"Kalau dihitung modal awal tidak sampai Rp 5 juta, modal terbesar itu karena kita harus nomboki dulu uang belanja tiap pesanan," ungkap dia.

Risiko

Meski minim modal, usaha ini besar risiko. Di awal merintis, Jos sering menerima pesanan bodong. Setelah pesanan dibelikan dan diantarkan ke alamat pemesan oleh kurir ternyata tak ada siapa pun di sana.

Belajar dari kejadian itu, Jos kemudian membuat grup di layanan Whatsapps dan BBM. Dia juga lebih selektif menerima members, tiap pelanggan harus menyetorkan nama, Nomor telepone serta foto kopo KTP dan SIM. Cara ini ternyata berhasil, tak ada lagi pesanan bodong yang masuk ke operator.

Setelah 8 bulan berjalan, Pesan Antar berkembang pesat. Jumlah member telah mencapai 300 orang sebagian besar PNS, Pekerja kantoran hingga mahasiwa. Transaksi rata-rata per hari mencapai 100 orderan, layanan dibuka mulai pagi hingga malam.

Pendapatan kotor perhari mencapai rata-rata Rp 700 ribu. Sedangkan jumlah pedagang atau pelaku home industri yang menjadi mitra sebanyak 50 usaha, mulai dari makanan ringan, siap saji, jajan dan kue. "Mitra kami kebanyakan ibu rumah tangga kreatif tapi tak punya toko, sulit memasarkan produknya, kami bantu promosi gratis," terang Josiandi.

Menurut Jos, kunci bisnis ini adalah kepercayaan. Dia setransparan mungkin mencantumkan harga tiap makanan yang dipesanan dan tidak mengambil untung lain diluar ongkos kirim. Tiap transaksi dilengkapi nota dari toko dan diserahkan pada pemesan. Bahkan, bila salah pesanan, Jos akan mengganti kerugian pelanggannya. "Misalnya pesan ayam goreng di warung A, terus kurir salah beli di toko b, kita akan ganti rugi," kata dia.

Melihat pangsa pasar yang besar di bidang jasa pesan antar ini, Kini Jos melebarkan orderan. Tidak hanya pesan makanan, Jos juga menerima orderan belanja kebutuhan dapur dan rumah tangga lain. "Potensi lain yang bisa digarap adalah jasa antar dokumen hingga antar paketan ke pos masih coba-coba buka jaringan," tutur pria kelahiran Bondowoso yang pernah jadi Satpam di Kota Malang ini.

Lalu berapakah pendapatan Jos perbulan? Soal ini dia tidak mau terbuka. Namun bila melihat jumlah karyawan mencapai 8 orang, terdiri dari 1 operator dan 7 kurir, dengan gaji rata-rata Rp 2 juta perbulan, penghasilan Jos lumayan besar. Dia hanya bilang menyisihkan pendapatan 10 persen dari total transaksi setiap harinya.

"Kalau gaji kurir saya adopsi sistem bagi hasil, kalau kerja full seminggu mereka bisa dapat 2 juta sebulan," kata dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini