Sukses

Ekspektasi Bunga The Fed Bikin Rupiah Sentuh 13.406 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.366 per dolar AS hingga 13.406 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melanjutkan pelemahan pada perdagangan Jumat pekan ini. Rupiah diperkirakan masih akan tetap tertekan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (10/3/2017), rupiah dibuka di angka 13.393 per dolar AS, melemah tipis jika dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.390 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.366 per dolar AS hingga 13.406 per dolar AS. JIka dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 0,66 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah dipatok di angka 13.393 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.373 per dolar AS.

Dolar AS memang terus mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir. Selain terhadap rupiah, dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang. Bahkan terhadap mata uang negara sakura tersebut, dolar AS menguat ke level tertinggi sejak 27 Januari.

Penguatan dolar AS ini karena ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) semakin menguat.

Para Rabu kemarin, ADP melaporkan data tenaga kerja AS di sektor swasta bertambah 298 ribu pada Februari 2017. Angka ini terbesar sejak April 2014. Namun pada Kamis angka klaim pengangguran mengalami kenaikan menjadi 243 ribu.

Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu data tenaga kerja lain yang akan keluar pada Jumat malam waktu setempat. "Tidak ada yang berharap data tenaga kerja melemah. Semua sudah yakin akan ada kenaikan suku bunga pada Maret ini," jelas analis valuta asing Barclays, Singapura, Mitul Kotecha seperti dikutip dari Reuters.

Dengan keyakinan tersebut, dolar AS bakal terus menguat hingga ada kepastian mengenai kenaikan suku bunga the Fed tersebut.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, pelemahan rupiah mulai intensif di perdagangan Kamis setelah sebelumnya relatif stabil dibanding kurs lain di Asia.

"Selain spekulasi kenaikan peringkat utang, pertemuan Jokowi dan SBY bisa meredakan situasi politik yang mulai kembali memanas menjelang pilkada DKI Jakarta putaran II," jelas dia.

Pelemahan rupiah diperkirakan berlanjut dengan dominasi faktor global jelang rapat dewan gubernur Bank Sentral AS pada 14-15 Maret 2017. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.