Sukses

Sebelum Kelola Tambang Freeport, RI Harus Kuasai Teknologi

RI harus menguasai teknologi pertambangan bawah tanah sebelum mengelola tambang Grasberg, Papua yang saat ini dikelola Freeport Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia harus menguasai teknologi pertambangan bawah tanah sebelum mengelola tambang Grasberg, Papua yang saat ini dikelola PT‎ Freeport Indonesia. Penguasaan teknologi tersebut agar kegiatan tambang tetap bisa berjalan dengan normal.

Aktivis Pemuda Papua Arkilaus Baho mengatakan, Indonesia telah berpengalaman mengambil alih perusahaan asing atau melakukan nasionalisasi. Namun untuk melakukan nasionalisasi tambang yang dikelola oleh Freeport Indonesia tidak boleh sembarangan. Harus ada persiapan yang matang sebelumnya.

"Soal mengambil alih perushaan asing di Inonesia bukan hal baru, dijaman Soekarno sudah dilakukan cuma berbeda‎ cara," kata Arkilaus, dalam sebuah diskusi, di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (10/3/2017).

Sebelum mengelola tambang Freeport Indonesia di Papua, yang harus ‎dilakukan terlebih dahulu adalah mengusai teknologi tambang bawah tanah. Karena, kegiatan produksi kedepannya berada di bawah tanah.

Tidak semua negara menguasai teknologi tersebut, karena itu penguasaan teknologi bisa dilakukan dengan menggandeng perusahaan yang sudah berpengalaman atau membeli teknologi yang mereka punya.

"Di dunia ini, teknologi bawah tanah tidak semua negara, karena itu apa mengajak kerjasama teknologi itu atau membeli teknologinya yang harus dijalankan,‎" ungkap Arkilaus.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal KPP Partai Rakyat Demokratik, Rudi Hartono melanjutkan, selain melakukan kewajiban pembayaran fiskal, seharusnya perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia melakukan transfer teknologi dan ilmu pengetahuan.

"Investasi harus mementingkan negara, investasi harus mentransfer teknologi, kita bicara freeport Indonesia kita mau ambil alih atau nasionalisasi kita masih ragu. Saya pikir investasi ke depan selain ekonomi tapi transfer teknologi dan ilmu pengetahuan," tutup Rudi. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.