Sukses

Trans Jakarta Kembali Pakai Solar, Penjualan BBG Anjlok

Dari 1.200 armada Trans Jakarta yang beroperasi, yang menggunakan BBG hanya 800 armada.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan bahwa penjualan Bahan Bakar Gas (BBG) mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal tersebut terjadi karena armada Trans Jakarta kembali menggunakan Solar. 

Manager CNG and City Gas Pertamina Ryrien Marisa mengatakan, pada tahun lalu konsumsi BBG mencapai 3,8 mmscfd per hari atau setara dengan 44 juta kiloliter (kl) Bahan Bakar Minyak (BBM). Sedangkan pada tahun ini konsumsi BBG anjlok menjadi 2,8 juta mmscfd per hari atau setara dengan 30 juta kl BBM. Penurunan tersebut dirasakan mulai Februari 2017.

Penurunan konsumsi BBG tersebut disebabkan oleh armada ‎Trans Jakarta yang sebelumnya merupakan konsumen BBG beralih menggunakan BBM jenis solar. "Turun sejak Trans Jakarta mengubah kebijakan kembali ke Solar," tutur ‎Ryrien disela acara 11th Natural Gas Vehicles and Infrastructure Indonesia Forum and Exhibition ke-11, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (14/3/2017).

Dari 1.200 armada Trans Jakarta yang beroperasi, saat ini yang menggunakan BBG hanya 800 armada. Peralihan konsumsi bahan bakar tersebut sangat dirasakan oleh Pertamina karena Trans Jakarta merupakan konsumen terbesar BBG.

"Konsumen kami yang konsumsinya cukup besar itu Trans Jakarta karena memang bus yang kapasitas juga besar. Sedangkan Bajaj sama dengan motor. Sekali pengisian paling banyak 5 liter. Kalau taksi itu mobil kecil paling banyak 15 liter," papar Ryrien.

Kebijakan peralihan dari BBG ke BBM merupakan keputusan internal perusahaan yang disebabkan produsen bus tidak bisa memenuhi produksi bus yang berbahan bakar gas. Selain itu bus yang menggunakan BBG jauh lebih mahal ketimbang Solar.

Untuk menahan penurunan konsumsi BBG, Pertamina telah meminta bantuan manajemen Trans Jakarta untuk tidak menganti armada yang mengkonsumsi BBG menjadi BBM‎.

"Jadi mereka memiliki alasan bahwa manufaktur tidak sanggup mengadakan yang sebanyak mereka butuhkan untuk Compressed natural gas (CNG) karena harga CNG yang lebih mahal ketimbang Solar," tutup Ryrien. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini