Sukses

Menkeu Tak Kaget Harta 4 Orang Kaya RI Sama 100 Juta Orang Miskin

Menkeu Sri Mulyani menuturkan, Indonesia dapat ditakuti asal pengelolaannya benar dilakukan oleh pemerintah dan rakyat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan perekonomian apabila diurus secara serius. Akan tetapi faktanya jauh dari yang diharapkan sehingga muncul ketimpangan ekonomi yang cukup lebar antara penduduk kaya dan miskin di Indonesia.

Dia menyoroti masalah Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) importir yang tidak ada hubungannya dengan ikan maupun daging. Dokumennya justru atas barang elektronik dengan tujuan guna mengelabui petugas pajak dan bea cukai.

"Di Indonesia persoalan administrasi saja sudah menggambarkan betapa Republik ini tidak diurus secara serius. Orang bisa seenaknya sendiri dan nothing happened, dan kalau negara ini diurus sekadarnya, jangan protes kalau Republik ini jadi Republik sekadarnya," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (14/3/2017).

Akibat dari tata kelola negara secara main-main, Ia mengakui, hanya menguntungkan segelintir orang. Dampak yang terjadi, terjadi ketimpangan atau kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Gini ratio ini berpotensi makin melebar apabila tidak ada kebijakan yang tepat.

"Yang rugi hampir seluruh masyarakat, kecuali mungkin yang 1 persen orang kaya. Makanya kalau bicara gini ratio di Indonesia tidak mengagetkan jika harta 1 persen atau bahkan 4 orang terkaya sama dengan 100 juta rakyat miskin di Indonesia. Itu karena Republik ini belum diurus secara benar, kita merasa berutang kepada pendiri bangsa ini," jelas dia.

Sri Mulyani meyakini, Indonesia dapat menjadi negara besar yang disegani dunia dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki, serta pengelolaan yang tepat.

"This all about governance. Republik ini menjadi besar, hebat tergantung bagaimana kita mengelolanya. Kalau rakyat dan pejabat kita punya spirit membuat negara ini benar, maka Republik ini bisa ditakuti, karena potensinya sangat besar," tutur dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.