Sukses

Jurus Elia Massa Manik Benahi Pertamina

Untuk mencapai cita-cita Pertamina menjadi perusahaan energi kelas dunia, harus dibuat indikator yang lebih jelas.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama ‎baru PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik memiliki cara khusus untuk membenahi perusahaan yang saat ini dipimpinnya. Ia berharap dengan pembenahan tersebut Pertamina bisa menggapai cita-cita menjadi perusahaan energi kelas dunia.

Elia mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah membentuk tim kerja yang solid, dengan mendorong keterbukaan antar direksi. Dia berharap, hal ini akan dijadikan contoh ke pekerja level bawah.

"Kami beri contoh ke bawah, kalau direksi keseharian tidak solid, kita t‎idak bisa mendidik anak kita‎," kata Elia, dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Saat ini tugas yang harus dijalankan oleh Pertamina cukup berat. Keberhasilan untuk menyelesaikan sebuah harus didukung dengan kerja tim yang baik. Proyek tersebut diantaranya, pembangunan dan peningkatan kehandalan fasilitas pengolahan minyak (kilang) di beberapa wilayah. Nilai investasi untuk proyek kilang tersebut mencapai US$ 30 miliar.

"Dalam melakukan akselerasi, dalam sejarah Pertamina terkahir membangun kilang besar 1997 senilai US$ 2,5 miliar di Balongan, tapi dalam 7 tahun ke depan akan dilakukan pembangunan kilang dengan dana US$ 30 miliar," papar Elia.

Untuk mencapai cita-cita perusahaan energi kelas dunia, harus dibuat indikator yang lebih jelas. Termasuk di dalamnya adalah indikator di sisi sumber daya manusia dan bukan hanya indikator di dalam program saja.

"Kami harus jalankan Executive Development Program. Jadi untuk menjadi manager harus memiliki segala kompetensi dari dasar sampai terapan. Contoh manager di kilang atau di hulu dulu bekerja berdasarkan anggaran, jadi anggaran habis proyek selesai. Ke depan harus berubah, harus melakukan terobosan dan efisien," papar Elia.

Program tersebut akan meningkatkan keterampilan seorang pemimpin, sehingga mampu berinovasi dan menciptakan efisiensi. Hal ini untuk menghadapi kondisi persaingan usaha yang semakin ketat.

"Ini industri harga dan pasar tidak bisa dikontrol, yang bisa hanya cost, itu harus jadi budaya," tutup Elia. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini