Sukses

Karyawan yang Bekerja di Sektor Ini Rentan Stres

Liputan6.com, Jakarta - Karyawan perempuan bekerja di bidang budaya, media, dan olahraga cenderung berisiko bunuh diri. Hal ini juga terjadi kepada pria yang bekerja di proyek kontruksi.

Berdasarkan analisa oleh departemen kesehatan masyarakat Inggris menunjukkan, kalau risiko bunuh diri mencapai 23 persen untuk perawat dibandingkan profesi lainnya secara rata-rata nasional. Sedangkan risiko bunuh diri mencapai 42 persen untuk guru sekolah dasar.

Sedangkan perempuan bekerja di bidang usaha media, budaya dan olah raga mencapai 69 persen. Bagi pria yang bekerja di proyek konstruksi terutama para buruh kasar tiga kali lebih berisiko bunuh diri dibandingkan rata-rata nasional. Demikian juga pria yang memiliki keahlian di proyek konstruksi. Berdasarkan data, baik perempuan dan pria yang bekerja di bidang perawat lebih besar bunuh diri.

"Ancaman bunuh diri terjadi bagi pria di bawah 50 tahun, dan wanita juga lebih besar," ujar Duncan Selbie, Chief Executive of Public Health England, seperti dikutip dari laman Independent, seperti ditulis Selasa (28/3/2017).

"Pekerja yang bunuh diri biasanya tidak terbiasa dengan layanan kesehatan. Mereka cenderung lebih diam, dan ini juga kemampuan mereka untuk mengatasi hal buruk," tambah dia.

Ia mengatakan, banyak orang dewasa terutama karyawan membutuhkan dukungan di tempat kerja. Sektor usaha baik besar dan kecil, milik pemerintah dan swasta mestinya menganggap kalau perawatan kesehatan mental juga serius seperti kesehatan fisik.

"Dengan berbicara kepada manajer, rekan kerja dapat membantu orang untuk mendapatkan dukungan sehingga akhirnya menyelamatkan nyawa mereka," ujar Selbie.

Chief Executive the Samaritans Ruth Sutherland menuturkan, perusahaan juga perlu menciptakan budaya kerja yang aman dan nyaman. Tempat kerja yang memberikan suatu kenyamanan bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaaan mereka sehingga mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.

Sementara itu, dalam survey YouGov menunjukkan kalau orang bekerja di usia akhir 20 an dan awal 30 an lebih bahagia dalam keseimbangan hidup dan kerja dari pada kelompok usia lainnya.

Laporan itu menunjukkan, kalau memang ada juga atasan yang mengharapkan mereka dapat bekerja di luar jam normal. Selain itu, pekerja berusia 25-34 tahun menunjukkan kalau dirinya tidak bahagia dengan kehidupan kerjanya dibandingkan seseorang bekerja di usia 18-24 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini