Sukses

Keputusan Tunjangan Kesehatan Diambil, Wall Street Ditutup Stabil

Sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden AS memang indeks S&P di Wall Street terus melonjak hingga 11,7 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street ditutup mendatar pada perdagangan Kamis pekan ini (Jumat pagi waktu Jakarta). Penurunan tajam dari saham-saham dari sektor energi mampu dilawan oleh kenaikan saham dari beberapa emiten yang membukukan kinerja kuartalan yang cukup solid. Dewan Perwakilan Rakyat AS juga telah mengambil keputusan mengenai perbaikan tunjangan kesehatan.

Mengutip Reuters, Jumat (5/5/2017), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 6,43 poin atau 0,03 persen menjadi 20.951,47. S&P 500 naik 1,39 poin atau 0,06 persen menjadi 2.389,52. Sedangkan Nasdaq Composite bertambah 2,79 poin atau 0,05 persen menjadi 6.075,34.

Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Kamis sore telah memutuskan untuk mencabut beberapa kebijakan tunjangan kesehatan bagi masyarakat AS yang tertuang dalam Obamacare dan menggantinya dengan sistem baru yang diusulkan oleh wakil dari Partai Republik. Perwakilan tersebut akan segera mengirimkan kebijakan pengganti tersebut kepada Senat AS.

Adanya titik terang mengenai tunjangan kesehatan tersebut memberikan kepastian kepada para investor di pasar modal setelah sebelumnya sempat muncul ketidakpercayaan kepada Presiden AS Donald Trump karena sulitnya meloloskan kebijakan tunjangan kesehatan tersebut.

Sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden AS memang indeks S&P di Wall Street terus melonjak hingga 11,7 persen karena didorong oleh janji-janji kampanye untuk memotong pajak, mendorong pembangunan infrastruktur dan juga deregulasi beberapa kebijakan salah satunya mengenai Obamacare.

"Fokus pelaku pasar sebenarnya kepada rencana pemotongan pajak, tetapi mereka tak mau melewatkan mengenai tunjangan kesehatan ini," jelas President LibertyView Capital Management, Jersey City, New Jersey, AS, Rick Meckler.

Di luar itu, sektor energi tertekan 1,9 persen karena penurunan saham dari Exxon mobil sebesar 1,3 persen dan Chevron yang anjlok 1,8 persen.

Penurunan saham-saham di sektor energi tersebut karena harga minyak jatuh sekitar 5 persen karena adanya tanda-tanda bahwa organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara lainnya tidak akan mengambil langkah drastis untuk mengurangi produksi minyak mentah.

Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Wall Street adalah pernyataan dari Bank Sentral AS pada Rabu kemarin. Dalam keterangannya, Bank Sentral AS masih akan menjalankan kebijakan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunga sesuai dengan rencana. Namun memang, Bank Sentral AS tidak akan mengacuhkan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang melemah.

Saat ini, investor Wall Street tengah fokus kepada keluarnya data tenaga kerja yang menjadi ukuran perekonomian di luar GDP. "Data ini sangat penting. Sebagian besar pelaku pasar menginginkan terjadi kenaikan jumlah pekerja dalam satu bulan ini," jelas Alan Gayle, Director of Asset Allocation RidgeWorth Investments, Atlanta, AS. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.